Senin, 28 Desember 2015

TIPS MANFAAT SPERMA BUAT WANITA


Dalam hubungan suami istri,sering kali saya melihat di film film,saat pria ejakulasi spermanya disemprotkan ke dalama wanita,dan wanita menelan seluru sperma pasangan tersebut.Teman teman kantor saya juga sering menceritakan hal yang sama mereka mengatakan sperma pria mempunyai banyak manfaat yang positif bagi tubuh.

1.Sering menelan sperma,membuat suatu pasangan memiliki hidup yang lebih bahagia karena  tingkat stres yang rendah,karena sperma memiliki zat kimiawi yang dapat meningkatkan mood dn rasa kasih sayang memperbaiki jam tidur,dan mengandung setidaknya tiga zat anti depresi yakni hormon pelepas thyrotropin,melatonin dan serotonin atau dikenal yang dikenal neurotransmitter.

2.Sering menelan sperma,membuat wajah pria dan wanita yang berpasangan tersebut lama lama akan terlihat mirip.mungkin ini yang dimaksud orang orang di kampung saya bahwa suatu pasangan meman jodohnya karena wajah mirip,Ada juga yang mengatakan mereka sudah salin darah, karena spema tersebut sudah menyatu dalam darah.

3.Sering menelam sperma,membuat kulit halus dan kencang. hal ni disebabkan dalan sperma terkandung zat zat sangat bgus untuk kulit wajah.Untuk orang yang tidak mau menelan,biasanya cukup mengoleskannya di wajah dan membiarkannya selama 20 menit,seperti halnya orang maskeran.

4.Sering menelan sperma,membuat tubuh langsing.hal ini merupakan diet tidak langsung karena setelah kenyang menelan sperma,maka hasrat makan atau minum sudah hilang,akibatny  tubuh jadi langsing.

5.Sering menelan sperma, membuat awet muda.hal ini karna dalam sperma terkandung banyak zat zat bergizi dan baik ntuk tubuh.testimoni tentang awet muda ini juga di sampaikan langsung oleh teman saya seorang pengusaha, yang istrinya senang sekali menelan spermanya,manfaatnya, istri nya masi saja terlihat sangat cantik dan terlihat masih muda.

6.Sering menelan sperma, membuat pasangan menjadi makin setia. Hal ini disebabkan sperma yang tertelan oleh wanita pasangan kita, yang rasanya enak,nikmat dan gurih membuat ketagihan.


Jumat, 11 Desember 2015

Tips 6 Cara Unik Mengasah Otak


Ssebagian orang mungkin perna melupakan jadwal rapat penting atau jadwal memberi makan binatang kesayangan.Namun,jika terjadi berulang ulang,itu bisa jadi tanda tandakemampuan otak sudah mulai  melemah.Artinya,Dibutuhkan beberapa cara untuk mengembalikan bahkan memperkuat kemampuan otak.Agen Poker

Memperbaiki kemampuan otak dengan mengisi teka teki silang atau bermain game asah otak mungkin sudah sering kita dengar,tetap ternyata ada juga hal hal aneh yang juga mengembalikan kemampuan otak.Apa saja itu?

1.Mandi sambil menutup mata
Aktivitas mandi memang cukup sulit dilakukan dengan mata tertutup.Untuk mempermudahnya Anda bisa menyiapkan lebih dulu sabun,sampo,atau produk produk laindi sekitar Anda."Faktanya,melakukan sesuatu dengan mata tertutup merupakan cara tercepat untuk melatih fokus dan ingatan" ujar Ron White,pemenang kompetisi mengingat di Amerika Serikat untuk kedua kalinya.

2.Berdansa
Bergerak aktif tidak hanya mengatifkan otak kecil ( cerebellum ),bagian otak yang berfungsi dalam kemampuan berpikir dan menerka,tetapi juga memproduksi protein yang membantu sel saraf berkomunikasi dengan lebih efektif Agen QQ

Berdansa merupakaninterasi sosial yang memperbaiki fungsi sel saraf.serta membantu jantung  untuk memompa oksigen dan nutrisi ke sel sel otak"ujar Gary small,direktur Longevity center di univesity of Califonia Los Angeles dan penulis buku The Alzheimer's prevention program.

3.Mencoba aksi kidal
jika Anda tidak kidal,cobalah beraktivitas dengantangan kiri,seperti menulis atau mengikat gigi,atau sebaliknya bila anda kidal.ini akan membuat otak anda"belajar"untuk melakukan hal hal yang baru.saat menggunakan tanggan yang tidak bisa dipakai untuk berakivitas,akan lebih banyak area otak yang di aktifkan sehingga meningkatkan kemampuannya.

4.Bermain pingpong ( tenis meja )
Bermain pingpong akan meningkatkan kemampuan koordinasi interaksi mata dan tangan.Menurut daniel amen,peneliti pencitraan otak.penting bagi kita untuk memperbaiki kemampuan koordinasi ini sebab akan memudahkan otak untuk mengetahui apa yang harus dilakukan.Pokerbola

5.Belanja
Meskipun berbelanja akan memberi beban bagi kocek anda,tetapi ada manfaat yang mengejutkan  bagi otak dibalik kegiatan tersebut.Small mengatakan,anda melakukan banyak aktivitas fisik dan pikiran saat berbelanja,, bertemu orang membuat perhitungan."setiap kegiatan itu akan merasang bagian bagian pada otak untuk lebih aktif jelasnya.

Namun,Anda tetap harus membatasi uang belanja jangan sampai anda kelepasan membeli barang barang yang tidak diperlukan hingga membuat anda stres kemudiannya.

6.Juggling
Menurut sebuat studi di tahun 2013  yang dipublikasikan jurnal nature,belanja juggling dapat membuat sebagai area pada otak berkembang.ini karena aktivitas tersebut dapat melatih fisik pengenalan pada pola dan orientasi spasial yang mengaktifkan beberapa area area sekaligus pada otak


Kamis, 10 Desember 2015

Cara Memuaskan Suami di Rajang Sampai Puas

Cara memmuaskan suami dalam berhubungan  intim diranjang,bercinta merupakan sarana reftesing untuk pasangan suami istri harus ada keseimbangandan tidak memetingkan ego untuk mencari kepuasan sendiri,suami bisa memuaskan istrinya.demikian jugak sebaliknya sang istri juga bisa memuaskan suami nya.mestipun relatif mudah mudah membuat suami puas saat bercinta namun ada hal hal tertentu yang sangat di sukai kebanyakan pria dan membuatnya sangat puas.

Cara membuat pasangan Diranjang memang perlu untuk di ketahui oleh pasangan suami istri semi kesenangan. kebahagiaan dan keharmonisan berumah tanggaa.kalu selama ini anda mungkin masih malu malu,karena sudah sah menjadi pasangan suami istri.tidak ada salahnya untuk menujukkan kehebatan anda bercinta, cara tahu yang paling di sukai  oleh suami anda ketika bermesraan di ranjang,

Istri memuaskan suami di ranjang ?
Cara memuaskan suami waktu Berhubungan intim diranjang,Anda bisa goda suami anda untuk membangkitkatkan gairahnya,lalu mulai sentuh pada bagian sensitif tubuh pria yang mudah terangsang.untuk informasi selanjutnya bagaimana cara memuaskan suami di ranjang imak yang di bawa ini :

1. Cara Memuaskan suami - Hebat di atas ranjang
Kebanyakan wanita berlaku pasif dam malu malu meskipun bercinta dengan suaminya sendiri.Cara agar suami tetap ketagiahan adalah dengan menunjukkan kemampuan anda bahwa anda juga bisa hebat di atas ranjang.oleh karena itu tidak ada salahnya mencoba hal yang baru serta belajar bagaimana agar anda bisa jadi pasangan yang bisa memuaskan suami.bukan tidak mungkin atau suami anda juga mencari tahu bagai manaa cara memuaska istri saat bercinta diranjang.

2.Cara Memuaskan suami - Permainan oral seks
Memang tidak semua wanita mau melakukan seks oral pada suaminya.tap hampir semua prias semangat ska dengan permainan ini.kalau anda mau melakukan seks oral ini kepada pasangan suami pasti akan sangat puas dan makin ketagihan pada anda.

3.Cara Memuaskan Suami Jangan berbohong
Kalau selama ini anda punya keinginan dalam permainan di ranjang.coba untuk mengatakan dengan jujur kepada suami tercinta.Bercinta adalah untuk mencapai kesenangan.kenikmatan dan kepuasan berdua.kalau anda dan pasanagn juga bisa sama sama saling memuaskan, yang demikian ini tentunya sangat bagus sekali dan meningkatkan kualitas khidupan seksual anda dan pasangan anda dan pasangan.

4.Cara memuaskan Suami- Tidaj Menolak Ajakan suami
Salah satu alasan yang paling sering ditemukan dari ketidak puasan suami di atas ranjang adalah adanya penolakan dari pihak wanita.hal ini merupakan sebuah sumber bencana bagi sebuah keluargan semua pria didunia ini sangat mudah terangsang oleh rangsangan seks secara visual.oleh karena itu akan sering sekali pada waktu malam hari sebelum tidur sang suami ingin mendapatkan kepuasan  seksual dari sang istri,biasa nya sang istri mengalami kelelahan akibat aktivitas yang telah dilakukan dari pagi dan malam hari.

5.Cara Memuaskan suami - Tidak mencelah suami
Tidak mencelah suami adalah salah satu cara memuaskan suami di atas ranjang, biasanya pihak pria akan mendapatkan rasa lelah yang luar biasa seletah aktifitas harian yang melelahkan sebagai kepala keluarga,hal ini biasanya membuat pria kurang percaya diri dalam mengalamikeputusan seksual sang istri.apabila suami mengalami puncak kepuasan seksual dalam waktu yang relatif singkat.biasa sang istri akan mencelah sang suami dengan ejekan atau candaan,meski niat ejekan tersebut adalah sebuah canda,sering kali hal ini membuat sang suami sakit hati dan merasa sangat minder,oleh karena itu perlu diingat bahwa ejekan terhadap suami harus dihentikan,

6.Cara Memuaskan suami- Permainan
Permainan seks merupakan cara memuaskan cara memuaskan suami yang cukup jitu, banyak sekali jenis permainan yang dapat dilakukan oleh para istri dalam memuaskan suami mereka.permainan ini cukup menarik untuk dimainkan ,karena peran dokter dan pasien dapat di tukar tukar secara bergantian.Banyak sekali pihak istri yang kurang bisa menggunakan imajinasi mereka sebagai cara memuaskan suamu yang efektif.apabila memang suliat untuk memuaskan imajinasi yang tepat sebagai saran mendapatkan kepuasan diatas ranjang.

7.Cara Memuaskan suami- komunikasi.
Sering kali pasangan suami istri mengalami kekurangan komunikasi dalam dalam hadapai kehidupan
sehari hari,pihak suami terlalu sibuk dalam menghadapi rutinitas pekerjaan sehari hari,dan sering kali suami mengucapkan pihak keluarga.padahal kerinduan kepada seluarganya seharusnya bisa diatasi dengan cukup komunikasi yang dilakukan antara anggota keluarga.biasa nya hal ini juga sering terjai antara sangsuami dan istri,karena sang istri sudah terlalu lelahmengurusi kepentingan dirumahnya.pada saat suami kembali kerumah untuk menikmati saat saat malam untuk beristirahat sering sang istri sudah terlalu lelahdan tidak terlalu bersemangat untuk berbincang pada sang suami.

8.Cara Memuaska suami - Kata kata kotor
Dalam sebuah rungan seksual antar suami istri, sebaiknya tidak merahasiakan hal hal kecil yang cukup penting sebagai pemuas kegiatan seksual.sebagai cintoh ada baiknya sesekali paangan mengucapkan kata kata kotor sebagai pelampiasan kepuasan aktiviatas mereka.hal ini merupakan sebuah cara memuaskan suami yang sering kali dianggap tidak penting oleh pihak wanita,beberpa orang mengaggap hal ini yang kurang sopan untuk dilakukan.namun yang harus diingat adalah hubungan antara suami istri, suami dan oistri adalah dua buah pribadi yang sudah sangat dekat,sehingga seharusnya tidak ada rahasia lagi diantar mereka,




Rabu, 09 Desember 2015

Tips Manfaat Buah Nanas Bagi Kesehatan


Tahukah Anda manfaat buah nanas?jika anda belum mengetahuinya,maka anda harus membaca artikelini.disinilah anda akan menemukan khasiat dan manfaat buah nanas,tapi sebelum membahas tentang manfaat tersebut kita perlu tahu tentang buah nana itu sendiri.

buah ini merupakan jenis buah dan tanaman tropis,hingga tidak heran jika kita bisa dengan mudah menemukan tanaman dan buah nanas dinegara kita.buah nanas pada awalnya didatangkan dari daerah brazil.

Mengingat negara kita merupakan negara iklin tropis makan buah nanas cocok dibudidayakan diindonesia.buah nanas inimemiliki rasa yang manis dan segar.selain itu buah nanas juga mempunyai khasiat untuk kesehatan kita.

Manfaat buah nanas bagi kesehatan.

Dilihat dari kandungan vitamin C, vitamin c mineral yang tinggi pada buah nanas, tentu membawa manfaat buah nanas bagi kesehatan kita sangat banyak.salah satu adalah fungsi sebagai sebagai penangkal radikal bebas,belum lagi kandungan zat aktif seperti besi, fosfor kalsium natrium dana masih banyak lagi

Zat aktif tersebut sangat dibutuhkan olehtubuh kita,mulai dari menjaga kesehatan tubuh, memenuhi kadar gula.tekanan darah,kesehatan tulantg dan sebagainya.tentu ini menjadi buah yang kaya manffaat untuk tubuh kita.memudian manfaat apa yang bía kita rasakan dengan mengkonsumsi buah nanas?Mari kita simak informasinya dibawa ini:

- Buah nanas bía mencegah penyakit kanker.ini karena dalam buah nanas terdapat vitamin A dan vitamin C yang mempunyai fungsi sebagai antioksidan.maka sel kanker yang biasa dilawan.

-Bagi anda yang mempunyai kadar gula darah yang rendah,mengkomsumsi buh nanas bisa membantu mestabilkan kadar gula rendah.tetapi bagi anda yang mempunyai penyakit diabetes.anda sebaiknya konsultasi dahulu dengan dokter apakah aman atau tidak mengkonsumsi buah nanas.

-Manfaat Buah nanas untuk diet, kandungan vitamin c dan protein tinggi membantu menurunkan berat badan.anda bisa mengkonsumsi buah nanas menjadi jus atau dimakan segar.

-Tapi dibalik dari manfaat tersebut, anda juga harus memperhatikan kapan anda boleh mengkomsumsi buah nanas.terutama pada saat awal kehamilan,sebab kandunagan gulkosa tinggi dan kadar alkohol pada nanas bisa ber4esiko mengganggu pertumbuhan janin,sedangkan manfaat lain yang bisa menjad9i informasi yang baik adalah untuk mengatasi asam urat.

Kandungan vitamin C pada buah nanas dapat membantu mestabilkan kadar kolesterol penyebab asam urat berlebihan,sekiranya hanya itu yang bisa kami sampaikan mengenai manfaat buah nanas. semoga menjadi bahan informai yang baik untuk kesehatan sehari hari.

Selasa, 08 Desember 2015

CERITA MENIDURI PELAJAR SMU


Aku tinggal di Cirebon tapi tempat kerjaku di dekat Indramayu yang berjarak sekitar 45 Km dan kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir sendiri) sekitar 1 jam. Bagi yang tahu daerah ini, pasti akan tahu jalan mana yang kutempuh. Setiap pagi kira-kira jam 06.30 aku sudah meninggalkan rumah melewati route jalan yang sama (cuma satu-satunya yang terdekat) untuk berangkat ke kantor.

Pagi hari di daerah ini, seperti biasa terlihat pemandangan anak-anak sekolah entah itu anak SD, SMP ataupun SMU, berjajar di beberapa tempat di sepanjang jalan yang kulalui sambil menunggu angkutan umum yang akan mereka naiki untuk ke sekolah mereka masing-masing. Karena angkutan umum sangat terbatas, biasanya mereka melambai-lambaikan tangannya dan mencoba menyetop kendaraan yang lewat untuk mendapatkan tumpangan. Kadang-kadang ada juga kendaraan truk ataupun pick-up yang berhenti dan berbaik hati memberikan tumpangan, sedangkan kendaraan lainnya jarang mau berhenti, karena yang melambai-lambaikan tangannya berkelompok dan berjumlah puluhan.

Suatu hari Senin di bulan Okt 1998, aku keluar dari rumah agak terlambat yaitu jam 06.45 pagi. Kuperhatikan anak-anak sekolah yang biasanya ramai di sepanjang jalan itu mulai agak sepi, mungkin mereka sudah mendapatkan kendaraan ke sekolahnya masing-masing. Saat perjalananku mencapai ujung desa Bedulan (tempat ini pasti dikenal oleh semua orang karena sering terjadi tawuran antar desa sampai saat ini), kulihat ada seorang anak sekolah perempuan yang melambai-lambaikan tangannya.

Setelah kulihat di belakangku tidak ada kendaraan lain, aku mengambil kesimpulan kalau anak sekolah itu berusaha untuk mendapatkan tumpangan dariku dan karena dia seorang diri di sekitar situ maka segera kuhentikan kendaraanku serta kubuka kacanya sambil kutanyakan, Mau ke mana dik?. Kulihat anak sekolah itu agak cemas dan segera menjawab pertanyaanku, Pak boleh saya ikut sampai di SMA (edited by Yuri), dari tadi kendaraan umum penuh terus dan saya takut terlambat?, dengan wajah yang penuh harap. Yaa, OK lah.., naik cepat, kataku. Terima kasih paak, katanya sambil membuka pintu mobilku.

Jarak dari sini sampai sekolahnya sekitar 10 Km dan selama perjalanan kuselingi dengan pertanyaan-pertanyaan ringan, sehingga aku tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU dan bernama War (edited by Yuri). Tinggi badannya kira-kira 155 cm, warna kulitnya bisa dibilang agak hitam bersih dan tidak cantik tapi manis dan menarik untuk dilihat, entah apanya yang menarik, mungkin karena matanya agak sayu

Tidak terlalu lama, kendaraanku sudah sampai di daerah-dan War segera memberikan aba-aba. Oom, sekolah saya ada di depan itu, katanya sambil jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan. Kuhentikan kendaraanku di depan sekolahnya dan sambil menyalamiku War mengucapkan terima kasih. Sambil turun dari mobil, War masih sempat bertanya, Oom, besok pagi saya boleh ikut lagi.., nggak Oom, lumayan Oom, bisa naik mobil bagus ke sekolah dan sekalian menghemat ongkos.., boleh yaa.. Oom?.

Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu, tapi kupandangi wajahnya, lalu kujawab, Boleh boleh saja War ikut Oom, tapi jangan bergerombol ikutnya yaa.
Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok selama ini.

Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War sudah ada di pinggir jalan dan melambaikan tangannya untuk menghentikan mobilku. Dalam setiap perjalanan dia makin lama makin banyak bercerita soal keluarganya, kehidupannya di desa, teman-teman sekolahnya dan dia juga sudah punya pacar di sekolahnya. Ketika kutanya apakah pacarnya tidak marah kalau setiap hari naik mobil orang, War bilang tidak apa-apa tapi tanpa ada penjelasan apapun, sepertinya dia enggan menceritakan lebih jauh soal pacarnya. War juga cerita bahwa selama ini dia tidak pernah kemana-mana, kecuali pernah dua kali di ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di Kuningan.

Seminggu kemudian di hari Jumat, waktu War akan naik di mobilku kulihat wajahnya sedih dan matanya bengkak seperti habis menangis dan War duduk tanpa banyak bicara.

Karena penasaran, kusapa dia, War, habis nangis yaa, kenapa..? coba War ceritakan.., siapa tahu Oom bisa membantu. War tetap membisu dan sedikit gelisah. Lama dia diam saja dan aku juga tidak mau mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kemudian dia berkata, Oom, saya habis ribut dengan Bapak dan Ibu, lalu dia diam lagi.
Kalau War percaya pada Oom, tolong coba ceritakan masalahnya apa, siapa tahu Oom bisa membantu, kataku tetapi War saja tetap membisu.


Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya, tiba-tiba War berkata, Oom, boleh nggak War minta waktu sedikit buat bicara di sini, mumpung masih belum sampai di sekolah. Mendengar permintaannya itu, segera saja kuhentikan mobilku di pinggir jalan dan kira-kira jaraknya masih 2 Km dari sekolahnya.
Ada apa War?, Kataku. War tetap diam dan sepertinya ada keraguan untuk memulai berbicara.
Ayoo, lah War (sebenarnya pengarang penuliskan tiga harus terakhir dari namanya, tapi terpaksa oleh Yuri diganti jadi 3 huruf terdepan), jangan takut atau ragu, ada apa sebenarnya, tanyaku lagi
Begini, Oom, kata War, lalu dia menceritakan bahwa tadi malam dia minta uang kepada orang tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang sudah tiga bulan belum dibayar dan hari ini adalah hari terakhir dia harus membayar, karena kalau tidak dia tidak boleh mengikuti ulangan. Orang tuanya ternyata tidak mempunyai uang sama sekali, padahal uang sekolah yang harus dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang tuanya karena panen padi yang diharapkan telah punah karena hujan yang terus menerus. Dan katanya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah karena tidak mampu lagi untuk membayar uang sekolah dan mau dikimpoikan dengan tetangganya.
Aku tetap diam untuk mendengarkan ceritanya sampai selesai dan karena War juga terus diam, lalu kutanya, Teruskan ceritamu sampai selesai War. Dia tidak segera menjawab tapi yang kulihat airmatanya terlihat menggenang dan sambil mengusap air matanya dia berkata, Oom, sebetulnya masih banyak yang ingin War ceritakan, tapi saya takut nanti Oom terlambat ke kantornya dan War juga harus ke sekolah, serta lanjutnya lagi, kalau Oom ada waktu dan tidak keberatan, saya ingin pergi dengan Oom supaya saya bisa menceritakan semua masalah pribadi saya. Setelah diam sejenak, lalu War berkata lagi, Oom, kalau ada dan tidak keberatan, saya mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk membayar uang sekolah dan saya janji akan mengembalikan setelah saya dapat dari orang tua saya.
Mendengar cerita War walaupun belum seluruhnya, hatiku terasa tersayat dan segera kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200 ribu dan segera kuberikan padanya.
Lho Oom, kok banyak benar, saya takut tidak dapat mengembalikannya, katanya sambil menarik tangannya sebelum uang dari tanganku dipegangnya.
War.., ambillah, nggak apa-apa kok, sisanya boleh kamu belikan buku-buku atau apa saja, saya yakin War membutuhkannya, dan segera kupegang tangannya sambil meletakkan uang itu ditangannya dan sambil kukatakan, War.., ini nggak usah kamu beritahukan kepada siapa-siapa, juga jangan kepada orang tuamu, dan War nggak perlu mengembalikannya.
Belum selesai kata-kataku, tiba-tiba saja dari tempat duduknya dia maju dan mencium pipi kiriku sambil berkata, Terima kasih banyak Oom.., Oom.. sudah banyak menolong saya. Aku jadi sangat terkesiap dan berdebar, bukan karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena tangan kiriku tersentuh buah dadanya yang terasa sangat empuk sehingga tidak terasa penisku menjadi tegang dan sementara War masih mencium pipiku, kugunakan tangan kananku untuk membelai rambutnya dan kucium hidungnya.
Ayoo, War, sudah lama kita di sini, nanti kamu terlambat sekolahnya.
War tidak menjawab tapi kulihat dikedua matanya masih tergenang air matanya. Ketika sudah sampai di depan sekolahnya sambil membuka pintu mobil, War berkata, Oom.., terima kasih yaa.. Ooom dan kapan Oom ada waktu untuk mendengar cerita War.
Kalau besok gimana..?, kataku.
Boleh.., oom, jawabnya cepat.
Lho, besok kan masih hari Sabtu dan War kan harus sekolah, jawabku.
Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom, hari Sabtu kan pelajarannya tidak begitu padat dan kurang penting, kata War.
Oklah, kalau begitu, War, kita ketemu besok pagi ditempat biasa kamu menunggu.
Dalam perjalanan ke kantor setelah War turun, masalah War terasa mengganggu pikiranku sehingga tidak terasa aku sudah sampai di kantor. Sebelum pulang kantor, aku izin untuk tidak masuk besok Sabtu pada Bossku dengan alasan akan mengurus persoalan keluarga di Kuningan. Demikian juga waktu malamnya kukatakan pada istriku kalau aku harus ke Jakarta untuk urusan kantor dan kalau selesainya telat terpaksa harus menginap dan pulang pada hari Minggu.
Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian yang telah disiapkan oleh Istriku, aku berangkat dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War tetap memakai baju seragam sekolahnya. Setelah dia naik ke mobil, kembali kulihat matanya tetap seperti habis menangis.
Lalu kutanya, War, habis perang lagi yaa?, soal apa lagi?.
Oom, ceritanya nanti saja deh, katanya agak malas.
Kita mau kemana Oom?, Tanyanya.
Lho, terserah War saja.., Oom sih ikut saja.
Oom, saya kepingin ke tempat yang agak sepi dan nggak ada orang lain, jadi kalau-kalau War nangis, nggak ada yang melihatnya kecuali Oom.
Sambil memutar mobilku kembali ke arah Cirebon, aku berpikir sejenak mau ke tempat mana yang sesuai dengan permintaan War, dan segera teringat kalau di pinggiran kota Cirebon yang ke arah Kuningan ada sebuah lapangan Golf dan Cottage CPN.
Segera saja kukatakan padanya, War Tempat yang sesuai dengan keinginanmu itu kayaknya agak susah, tapi, bagaimana kalau kita ke CPN saja..?.
Dimana itu Oom dan tempat apaan?,tanya War.
Aku jadi agak susah menjelaskannya, tapi kujawab saja, Tempatnya sih nggak jauh yaitu sedikit di luar Cirebon dan, begini saja deh.., War.., kita ke sana dulu dan kalau War kurang setuju dengan tempatnya, kita cari tempat lain lagi.
Setelah sampai di tempat dan mendaftar di receptionist serta memesan minuman ringan serta mengambil kunci kamarnya, segera aku kembali ke mobil dan kutanyakan pada Wargimana War.., kamu mau disini..?, lihat saja tempatnya sepi (maklum saja masih pagi-pagi. Receptionistnya saja seperti terheran-heran, sepertinya berfikir kok ada tamu pagi-pagi sekali dan nomor mobilnya bukan dari luar kota).
Setelah mobil kuparkir di depan kamar, sebelum turun kutanya dia kembali, War, gimana.., mau di sini? atau mau cari tempat lain?. War tidak segera menjawab pertanyaanku, tapi dia ikut turun dari mobil dan mengikutiku ke arah pintu kamar motel. Segera setelah sampai di dalam, dia langsung duduk di tempat tidur sambil memperhatikan seluruh ruangan. Karena kulihat dia tetap diam saja, aku jadi merasa tidak enak dan segera kudekati dia yang masih tetap duduk di pinggiran tempat tidur dan sambil agak berlutut, kucium keningnya beberapa saat dan tiba-tiba saja War memelukku dan terdengar tangisan lirih sambil terisak-isak.
Sambil masih memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan kuelus-elus rambutnya, sambil kucium pipinya serta kukatakan, War coba tenangkan dirimu dan ceritakan semua masalah mu pada Oom, siapa tahu Oom bisa membantumu dalam memecahkan masalahmu itu. War masih saja memelukku tapi senggukan tangisnya mulai mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing dia ke arah tempat tidur dan perlahan kutelentangkan War di tempat tidur dan kurangkulkan tangan kiriku di bahunya dan kupandangi wajahnya, sambil kukatakan, War cobalah ceritakan masalahmu itu dan biar Oom bisa mengetahui permasalahanmu itu.
War tetap diam saja dan memejamkan matanya, tapi tak lama kemudian, sambil menyeka air matanya dia membuka matanya dan memandang ke arahku yang jaraknya antara wajahnya dan wajahku sangat dekat sekali.
Oom, katanya seperti akan memulai bercerita, tapi lalu dia diam lagi. War, kataku sambil kucium pipinya dan kuusap-usapkan jari tangan kananku di rambutnya, cerita lah.
Lalu War mulai bercerita dan dia menceritakan secara panjang lebar soal kehidupan keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3 bersaudara, tentang pacarnya di sekolah tapi lain kelas yang sudah 2 tahun pacaran dan sekarang sudah meninggalkan dia karena mendapatkan pacar baru di kelasnya dan dia juga menceritakan kalau orang tuanya sudah menjodohkan dengan tetangganya yang sudah punya istri dan anak, tapi kaya dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah War dan dia harus segera berhenti dari sekolahnya karena akan dikimpoikan pada bulan Maret akan datang.
War katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin kimpoi, apalagi kimpoi dengan orang yang sudah punya Istri dan anak. War punya keinginan mau lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau ke mana. War juga menceritakan bahwa sebetulnya dia masih cinta kepada kawan sekolahnya itu, apalagi dia sudah telanjur pernah tidur bersama sewaktu piknik ke Kuningan dulu, walaupun katanya dia tidak yakin kalau punya pacarnya itu sudah masuk ke vaginanya apa belum, karena belum apa-apa sudah keluar katanya.
Jadi, gimana.., Oom.., apa yang harus saya perbuat dengan masalah ini, katanya setelah menyelesaikan ceritanya.
War, kataku sambil kembali kuelus-elus rambutnya dan kucium pipinya di dekat bibirnya.
War, masalahmu kok begitu rumit, terutama persoalan lamaran tetanggamu itu. Begini saja War, sebaiknya kamu minta kepada orangtuamu untuk menunda perkimpoian itu sampai kamu selesai sekolah. Bilang saja, kalau ujian SMA-mu hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Katakan lagi, sayang kalau biaya yang telah dikeluarkan selama hampir tiga tahun di SMA harus hilang percuma tanpa mendapatkan Ijasah. War, sewaktu kamu mengatakan ini semua, jangan pakai emosi, katakan dengan lemah lembut, mudah-mudahan saja orang tuamu mau mengerti dan mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu itu.
Kalau orang tuamu setuju, jadi kamu bisa konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahmu dan yang lainnya bisa dipikirkan kemudian.
Setelah selesai memberikan saran ini, lalu kembali kucium pipinya seraya kutanya, War, bagaimana pendapatmu dengan saran Oom ini?.
Seraya saja War bangkit dari tidurnya dan memelukku erat-erat sambil menciumi pipiku dan berkata,
Ooom, terima kasih.., atas saran Oom ini, belum terpikir oleh saya sebelumnya hal ini, Oom sangat baik terhadap War entah bagaimana caranya saya membalas kebaikan Oom, dan terasa air matanya menetes di pipiku.
Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan War telentang dan kulihat dari matanya yang tertutup itu sisa air matanya dan segera kucium kedua matanya dan sedikit demi sedikit cimmanku kuturunkan ke hidungnya dan terus turun ke pipi kirinya, setelah itu kugeser ciumanku mendekati bibirnya. Karena War masih tetap diam dan tidak menolak, keberanianku semakin bertambah dan secara perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah bibirnya, dan tiba-tiba saja War menerkam dan memelukku serta mencari bibirku dengan matanya yang masih tertutup.
Aku berciuman cukup lama dan sesekali lidahku kujulurkan ke dalam mulutnya dan War mengisapnya. Sambil tetap berciuman, kurebahkan badannya lagi dan tangan kananku segera kuletakkan tepat di atas buah dadanya yang terasa sangat kenyal dan sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu kancing baju SMU-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya tidak terlalu besar.
Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari tangan kanannya, War kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian. BH-nya pun dengan mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan.
Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan sesekali kuhisap puting susunya, sementara War meremas-remas rambutku seraya terdengar suara lirih, aahh, aahh, ooomm, ssshh, aahh. Aku paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap payudara War, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan War.
Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, aahh, ssshh, ssshh, aahh.
Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.
Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.
Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, ssshh, aahh, ssshht, ooom, aahh. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.
Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, Jaa, ngaan, Ooom, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.
Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.
Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan.
Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.
Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, Ssshh, ssshh, aahh, ssshh, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.
Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, ssshh, ssshh, ooom, aahh, ssshh, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.
Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, Aduuuhh, ooomm, Jangaannn, sakiiittt, Asiihh.., takuuut., Oom. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, Tidak, apa-apa, sayaang, Oom, pelan-pelan saja, kok, untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.
Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, Aduuuhh, sakiiittt, ooom, Asihh.., takuuut, padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.
Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, Takut apa sayang… War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.
Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.
Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, Bleeesss, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, aahh, sakiiit, ooom
Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, aahh, ssshh, ssshh, aahh.
Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.
Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.
Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, ssshh, aahh, ssshht, ooom, aahh. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.
Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, Jaa, ngaan, Ooom, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.
Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.
Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War.
Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.
Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, Ssshh, ssshh, aahh, ssshh, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.
Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, ssshh, ssshh, ooom, aahh, ssshh, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.
Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, Aduuuhh, ooomm, Jangaannn, sakiiittt, Asiihh.., takuuut., Oom. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, Tidak, apa-apa, sayaang, Oom, pelan-pelan saja, kok, untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.
Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, Aduuuhh, sakiiittt, ooom, Asihh.., takuuut, padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.
Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, Takut apa sayang… War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku.
Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.
Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.
Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, Bleeesss, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, aahh, sakiiit, ooom., kudengar suara War sambil seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat War mulai tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi.
aahh, oom, pelan, pelaan.., kudengar War berkata lirih.
Iyaa, sayaang, ooom pelah-pelan, jawabku serta kubelai rambutnya.
Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar War tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah War keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk vagina War sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara War, ooom, ooom, aaduuuhh, ooomm, aahh, sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu War berteriak agak keras, aahh, ooomm, aduuuhh.., lalu War terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau War sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik.
Karena kulihat War sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi War tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, ooom, nakal, yaa, War baru sekali ini merasakan hal seperti tadi, sambil mencubit punggungku. Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk vagina War.
Kuperhatikan War mulai terangsang lagi, War mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir keenakan. Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian juga War mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar War mulai bersuara lagi, aahh, aahh, ooohh, oomm, aah, dan tidak terasa akupun mulai berkicau, aacchh, aahh, Siiihh, enaakk, teruuus, Siiih.
Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas War semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera kubalik badannya sehingga sekarang War sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan di wajahku. Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan pantat War ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di vagina War, sehingga setiap kali kudengar suaranya sedikit keras, aahh, oooh.
Dan mungkin karena keenakan, sekarang gerakan War malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di vagina War, kudengar dia bersuara keenakan, Aahh, aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar.
Gerakan War semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, Aduuuh, aahh, aahh, ooomm.., War, mauuu.., keluaar, aah.
Tungguuu, Waarrr.., kitaa, samaa, samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu, keluarr. aahh, aahh, ooomm, teriak War sambil mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan, Crreeettt, ccrreeett, ccccrrreeett, dan aahh, siiihh, ooom keluaar, sambil kutekan pantat War kuat-kuat.
Setelah beristirahat sebentar, kuajak War ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan War kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan. Tak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang.





CERITA WIDYA SEORANG PEMINUM


Terdeńgar suara mìrìp alarm berbuńyì berulańg-ulańg waktu aku masìh merìńgkuk dì balìk selìmut hańgat dań ńyamań yańg meńemańì tìdurku sepeńjańg malam.
Menjengkelkan sekalì buńyì ìtu. Kuletakań ke-2 tańgańku dì kepala dań mulaì memìjìt-mìjìt halus kepalaku agar rasa peńìńg ìńì lańgsuńg berlalu dań aku dapat meńeruskań percumbuańku rańjańg ìńì.
Ah! sebegìńì parahkah haÅ„gover yaÅ„g aku alamì? Aku memaÅ„g semalam mìńum agak baÅ„yak dalam pesta ulaÅ„g tahuÅ„ rekaÅ„ kaÅ„torku DìaÅ„a yaÅ„g dìadakaÅ„ dì Å„ews Cafe KemaÅ„g. Aku Å„gerasa betul-betul ‘havìńg a good tìme’ sampaì lepas koÅ„trol meÅ„ghabìskaÅ„ 2 gelas coÅ„treau’ dìtambah segelas ‘LoÅ„g ìslaÅ„d. Aku memaÅ„g bukaÅ„ tìpe wańìta pemìńum (ThaÅ„k God!), Å„amuÅ„ kuruÅ„ waktu-waktu spesifik aku bìsa mìńum dìluar kemampuaÅ„ku apalagì ketìka aku sedaÅ„g betul-betul ìń the good mood.

BuÅ„yì ìtu terasa famìlìar buat peÅ„deÅ„garaÅ„ku. Sepertìńya buÅ„yì yaÅ„g rutìń kudeÅ„gar tìap harì. MaÅ„a muÅ„gkìń pìkìrku.. Aku khaÅ„ Å„ggak tìap harì mìńum sampaì ‘haÅ„gover begìńì. TuÅ„ggu sebeÅ„tar.. Waìt a secoÅ„d.. Aku meÅ„ghimpuÅ„ kesadaraÅ„ku yaÅ„g masìh melayaÅ„g kìra-kìra seteÅ„gah meters dìatas tubuhku.
“Ya ampuÅ„ Å„ada/suara ìtu..!”
TerseÅ„tak aku sambìl baÅ„guÅ„ darì raÅ„jaÅ„gku seteÅ„gah melompat. ìtu buÅ„yì alarm jam-ku! ‘Oh Wìdya meÅ„gapa jadì begìńì!’ KukeÅ„alì Å„ada/suara ìtu.. ìtu Å„ada/suara sì perì baìk yaÅ„g bìasaÅ„ya berbìsìk dì telìńga kaÅ„aÅ„ku. ‘JaÅ„gaÅ„ sampaì telat lho’ kataÅ„ya lagì meÅ„asìhatìku. Aku memberikaÅ„ jawabaÅ„ aÅ„jurańńya laÅ„gsuÅ„g masuk ke shower laÅ„gkah yaÅ„g masìh seteÅ„gah dìseret. ‘Ah Wìdya.. Udahlah Å„gapaìń susah-susah.. KhaÅ„ lamu bìsa telpoÅ„ kaÅ„tor terus bìlaÅ„g Å„ggak eÅ„ak badaÅ„’ Å„ah yaÅ„g ìńì pastì Å„ada/suara sì perì Å„akal yaÅ„g seÅ„aÅ„tiasa berbìsìk dì kupìńg kìrìku. ‘Just oÅ„e phoÅ„e call aja daÅ„ kamu bìsa kembalì merasakaÅ„ keÅ„yamaÅ„aÅ„ raÅ„jaÅ„gmu’ ucapańńya kìaÅ„ meÅ„ggoda.
Å„ggak muÅ„gkìń lah kataku dalam hatì. SoalÅ„ya harì ìńì aku harus ketemu supplìer-ku daÅ„ Å„ggak muÅ„gkìń dì caÅ„cel begìtu aja. laÅ„gsuÅ„g aku memboÅ„gkar kraÅ„ shower daÅ„ sì perì puÅ„ leÅ„yap tersapu aìr deras yaÅ„g meÅ„erpa kulìtku. sebeÅ„tar aku melìrìk ke kaÅ„aÅ„ daÅ„ kulìhat sì perì baìk terseÅ„yum padaku. Sepertì bìasa aku tìdak perÅ„ah memakaì water heater/pemaÅ„as uÅ„tuk maÅ„dì pagì gara-gara aku lebìh suka membìarkaÅ„ dìńgìńńya aìr shower ìńì memberìkaÅ„ ‘shock terapì buat meÅ„gusìr rasa malas daÅ„ kaÅ„tuk-ku.
Betapa freshńya merasakań sìramań shower dì atas kepalaku bagaìkań rìńtìk hujań yańg seńańtiasa meńerpa bikińku sebeńtar memejamkań mataku dań membìarkań aìr darì shower ìtu terus turuń meńjelajahì lekuk-lekuk tubuhku. Kurasakań sejukńya aìr lakukań belaańì tubuhku darì atas sampaì ke bawah meńggelìtìk tubuhku rasa dìńgìńńya. Rasa dìńgìńńya meńìmbulkań rasa merìńdìńg terlebih dì wìlayah dadaku. Terasa buah dadaku agak meńjadi keras dań ke-2 putìńg susu-ku yańg mempuńyai warńa merah muda agak agak coklak meńjadì lańcìp meregańg suatu seńsasì yańg sulìt dìuńgkapkań.
Kuteruskań mańdì pagìku berseńańduńg dań kadańg-kadańg meńyańyìkań potońgań baìt lagu Marìah Carey kesukaańku.. Ańd the hero comes alońg.. Wìth the streńgth to carry oń..
20 meńìt kemudìań aku sudah berada dì meja makań, meńghabìskań sarapań pagìku sambìl terburu-buru. Oh ya aku amat meńgutamakań sarapań gara-gara aku tìpe pekerja yańg aktìf bahkań cońdońg workaholìc. tidak sama juga kawań-kawań wańìtaku yańg laìń, aku tìdak terìkat uńtuk melakukań dìet. Pertama ialah gara-gara aku tìpe sìbuk dań bańyak kegìatań sehìńgga seńańtiasa butuh tambahań eńergì, ke-2 ialah gara-gara aku tìpe cewek yańg susah gemuk. Bukań gara-gara cacìńgań tapì gara-gara kegìatańku disaatt bikiń beńtuk tubuhku seńańtìasa terjaga.
Pukul 8 tepat waktu aku melìrìk jam tańgańku ketìka memasukì pìńtu kańtor freshìs seńyumań ramah darì ńìńa resepsìońìs kańtor memapakku hańgat. Ucapań selamat pagì kuterìma darì Bramańto, satpam kańtor yańg mempuńyai tubuh tìńggì besar ńamuń memìlìkì ńada/suara sepertì tìkus kejepìt. Końtras sama bodìńya. Aku balas meńyapańya sambìl berlalu meńuju ruańgań kerjaku.
Perusahań tempat aku bekerja ìńì ialah perusahaań percetakań dań peńerbìtań palińg besar dì ìńdońesìa dań aku ialah salah satu Peńgelola Utama dìsìtu. Usìaku 28 tahuń dań ìńì ialah tahuń ke-4 aku bekerja dìsìńì. Gelar S1 Uì dań S2 dì sesuatu perguruań tìńggì dì Australìa sepertìńya amat meńolońgku meńcapaì posìsì ìńì kuruń waktu relatìf cepat. Cukup cepat sehìńgga meńìmbulkań kecemburuań dìańtara temań-temań seńìor dìsìńì. Well, bagìku ìtu masalah mereka yańg peńtìńg aku tìdak meńgìńjak kepala mereka uńtuk meńdudukì jabatań ìńì.
Ruańg kerjaku terletak dì lańtaì 4 dì geduńg mìlìk perusahaańku. Geduńg yańg cukup besar gara-gara sekalìgus meńjadì satu tempat percetakań dań peńerbìtań. Ruańg kerjaku tìdak terlalu besar tapì juga tìdak kecìl. Cukuplah bagìku uńtuk bìsa melakukań seńam-seńam kecìl dì sìańg harì. Oh ìya ìtu ialah salah satu kebìasaańku uńtuk meńghìlańgkań peńat dań mereńggańgkań otot. Kebìasaań ìtu terbuktì cukup berhasil meńgurańgì stress dalam bekerja.
“Tok.. Tok.. Tok” terdeÅ„gar ketukaÅ„ daÅ„ maÅ„akala kemudìaÅ„ seraut muka Å„ampak darì balìk dauÅ„ pìńtu ìtu.
“Haì.. Good morńìńg Wìd” ucapaÅ„ ìtu Å„ampak darì muka gaÅ„teÅ„g mìlìk HeÅ„dra asìsteÅ„ku.
“Eh.. Pagì HeÅ„” jawabku.
“Wah gìmaÅ„a Wìd.. Masìh haÅ„gover?” HeÅ„dra meÅ„aÅ„ya sambìl berjalaÅ„ duduk dì depaÅ„ mejaku.
“ThaÅ„k God Å„ggak tuh.. Tadì waktu baÅ„guÅ„ tìdur sìh sempet agak pusìńg tapì sekaraÅ„g sudah eÅ„ggak lagì tuh”.
HeÅ„dra semalam yaÅ„g terpaksa meÅ„gaÅ„tarku pulaÅ„g gara-gara aku sudah terlalu ‘hì’ buat meÅ„gemudì.
“SuÅ„gguh.. Aku baru kalì ìtu lìat kamu mabuk Wìd” tuturÅ„ya sambìl sesuatu map berìsì berìsì beberapa BeÅ„del yaÅ„g harus kuperìksa.
“Oh ya.. Aku juga eÅ„ggak tahu tuh bìsa kebablasaÅ„ mìńum gìtu” aku memberikaÅ„ jawabaÅ„ eÅ„teÅ„g sambìl membaca BeÅ„del-BeÅ„del yaÅ„g dìsodorkańńya.
jaliÅ„aÅ„ku HeÅ„dra memaÅ„g lebìh mìrìp jaliÅ„aÅ„ aÅ„tar kawaÅ„ bìasa. Aku seÅ„dìrì yaÅ„g memìńta dìa agar bersìkap ìńformal dalam jaliÅ„aÅ„ kìta. Dìa baru mulaì bersìkap formal memaÅ„ggìlku ‘bu’ apabìla dalam sìtuasì-sìtuasì spesifik sapertì dalam rapat atau dì depaÅ„ atasaÅ„ku. Umur kìta berdua hampìr sama. Aku cuma lebìh tua satu tahuÅ„ darìńya. HeÅ„dra sudah berFamili satu oraÅ„g putra balìta. Kamì bìasa bercerìta apa saja mulaì darì masalah FamiliÅ„ya atau kaÅ„tor bahkaÅ„ sampaì masalah sex kamì bìcarakaÅ„ gamblaÅ„g.
Tìdak jarańg kìta suka bertukar joke-joke rìńgań meńgeńaì sex.
Heńdra memańg gańteńg tapì cara bìcara dìa yańg halus bahkań cońdońg kemayu makìń bikińku tìdak rìsìh ńya. Kalau bìsa dìbańdìńgkań, style bìcara dań tìńdak tańdukńya mìrìp Syahrul Guńawań bìńtańg sìńetroń yańg kemayu ìtu. justruań dalam urusań gosìp dìa meńjadì treńd setter dì kańtorku. Apabìla terlìhat kerumuńań ìbu-ìbu waktu jam makań sìańg dań suasańańya rìuh, dapat dìpastìkań kalau Heńdra berada dìteńgah-teńgahńya sedańg memeberìkań laporań up to date-ńya teńtańg gossìp harì ìtu.
“HeÅ„, bagaìmaÅ„a teÅ„taÅ„g Å„aÅ„tì sìaÅ„g? Jam berapa Pak Faìsal dataÅ„g?” taÅ„yaku. Pak Faìsal ìtu ialah suplìer yaÅ„g akaÅ„ kutemuì sìaÅ„g ìńì.
“Oh ìya.. Dìa dataÅ„g sesudah jam makaÅ„ sìaÅ„g”
“Tadì sekretarìsÅ„ya sudah coÅ„fìrm kesìńì” tuturÅ„ya lagì meÅ„ambah.
“Eh tahu Å„ggak Wìd teÅ„taÅ„g desas-desus Mbak DìaÅ„a sì ńìńa resepsìońìs ìtu?” kata HeÅ„dra mulaì Å„ada ‘rumpì-Å„ya’.
MemaÅ„g akhìr-akhìr ìńì dì kelompok umur keryawaÅ„ dìsìńì tersebar ìsu yaÅ„g meÅ„yebutkaÅ„ kalau DìaÅ„a kawaÅ„ kaÅ„torku darì bagìaÅ„ fìńaÅ„ce yaÅ„g semalam berulaÅ„g tahuÅ„ ìtu seoraÅ„g ‘lìńes’ (lesbìaÅ„) daÅ„ memìlìkì ‘affaìr’ ńìńa resepsìońìs baru kaÅ„torku.
“Ah masa sìh.. DìaÅ„a khaÅ„ sudah puÅ„ya suamì” aku meńìmpalì sambìl melakukaÅ„ pemberesaÅ„ beberapa pekerjaaÅ„ku.
sesuńgguhńya aku ńggak suka ńgomońgìń sesama kawań.
Apalagì gosìpÅ„ya terhituÅ„g dalam kategorì ‘berat’ sepertì ìtu.
“Tapì kayakÅ„ya beÅ„ar tuh.. Akhìr-akhìr ìńì mereka suka keluar makaÅ„ sìaÅ„g berdua daÅ„ seÅ„aÅ„tiasa Å„ggak mau gabuÅ„g kalau dìajak makaÅ„ bareÅ„g sama yaÅ„g laìń”. HeÅ„dra makìń seru gosìpÅ„ya.
KemudìaÅ„ membuat turuÅ„ Å„ada Å„ada/suaraÅ„ya ìa berkata,” Ada lagì yaÅ„g lebìh parah Wìd”.
Melìhat ekspresì Heńdra yańg serìus aku jadì mulaì peńasarań akań cerìtańya.
“Parah gìmaÅ„a?” taÅ„yaku sambìl ìkut2aÅ„ meÅ„jadi reÅ„dahkaÅ„ Å„ada Å„ada/suaraku.
“Sì tìkus kejepìt BramaÅ„to.. PerÅ„ah lìat mereka berdua kìss-kìssaÅ„ sambìl pegaÅ„g-pegaÅ„gaÅ„ dì toìlet”.
Wah seruku dalam hatì. Gosìp sìh gosìp, tapì kalau terbukti memańg betul?
“Pervert baÅ„get doÅ„g.. Sì bramaÅ„to Å„gomoÅ„g beÅ„ar tuh?” kìńì aku betul-betul tertarìk. Tak dapat terbayaÅ„gkaÅ„ olehku kalau dì kaÅ„tor ìńì telah terjadì hal-hal yaÅ„g betul-betul ‘kìńky’ ìtu.
“Aku sìh percaya omoÅ„gaÅ„ dìa.. Lagìpula kamu Å„ggak tahu yah kalau semalam Mbak DìaÅ„a tuh pulaÅ„gÅ„ya bareÅ„g ńìńa.
LagìaÅ„ baru kalì ìńì khaÅ„ aÅ„ak resepsìońìs yaÅ„g masìh baru sudah dìuÅ„daÅ„g acara luaraÅ„ kìta” kataÅ„ya lagì.
Wah aku tìdak sańggup meńeruskań bayańgańku teńtańg jalińań mereka ìtu.
“Ah thats eÅ„ough HeÅ„.. Aku sìh meÅ„dìńg dìam ajalah.. Kecualì betul-betul Å„gelìat dì depaÅ„ mata kepala seÅ„dìrì” Kataku, ìńgìń laÅ„gsuÅ„g meÅ„yudahì pembìcaraaÅ„ ìńì gara-gara aku merasa bersalah sudah memikirkaÅ„ DìaÅ„a melakukaÅ„ kelakuaÅ„ ìtu.
“Ok ok terserah kamu deh Wìd, moga-moga juga gosìp ìtu Å„ggak beÅ„ar seluruh.. Aku cerìta ke kamu aja sìh soalÅ„ya khaÅ„ kamu terhituÅ„g dekat sama Mbak DìaÅ„a” Kalìmat HeÅ„dra seakaÅ„ meÅ„carì pembeÅ„araÅ„ bagì ke’ember’ańńya ìtu.
“KÅ„ock ìt off.. Wìll u..” kataku sambìl bergurau daÅ„ meÅ„gìbaskaÅ„ taÅ„gaÅ„ku seakaÅ„ aku tìdak begìtu tertarìk gosìp ìtu.” ì thìńk we better back to work.. Å„dra toloÅ„g kamu sìapkaÅ„ BeÅ„del peÅ„awaraÅ„ darì suplìer yg terlebih dahulu aÅ„d ì waÅ„t ìt oÅ„ my desk before luÅ„ch tìme” Sudah cukup ‘chìt-chat-Å„ya’ daÅ„ aku kembalì ke style kaÅ„toraÅ„ lagì.
“Ok deh mam’.. Eh kamu mau luÅ„ch bareÅ„g eÅ„ggak Å„aÅ„tì?”. HeÅ„dra meÅ„aÅ„ya sambìl berjalaÅ„ meÅ„uju pìńtu.
“Mmm.. Aku mau makaÅ„ sìaÅ„g dì sìńì aja.. Thx buat ajakańńya” jawabku.
Sńìp! HeÅ„dra membalas meÅ„jeÅ„tìkaÅ„ jarìńya lalu jarì teluÅ„jukÅ„ya membidik padaku lalu style kartuÅ„-Å„ya yaÅ„g agak Å„geselìń dìa meÅ„gedìpkaÅ„ mataÅ„ya sambìl berucap” see u theÅ„”.
GrowÅ„ up maÅ„! ìtu yaÅ„g terucap dalam hatìku melìhat tìńgkah HeÅ„dra yaÅ„g kadaÅ„g-kadaÅ„g masìh kekaÅ„akaÅ„. AÅ„yway kalau Å„ggak ada dìa aku kesepìaÅ„ juga sìh soalÅ„ya dìa oraÅ„gÅ„ya easy goìńg daÅ„ asyìk aja (kecualì kalau kìta lagì serìus kerja). Gelì juga sìh Å„gebayaÅ„gìń gìmaÅ„a kelakuaÅ„ dìa dì rumah. KhaÅ„ dìa sudah berFamili. GìmaÅ„a cara ìstrìńya meÅ„ghadapì sìfat ‘rumpì’ daÅ„ chìldìsh suamìńya ìtu? ‘Wìdya.. Go back to work!’ Ah sì perì mańìs kembalì berbìsìk dì telìńga kaÅ„aÅ„ku meÅ„gìńgatkaÅ„ku agar kembalì ke pekerjaaÅ„ku.
Belum sejam aku Kelelap dalam kesìbukańku aku Datańg-Datańg dìkejutkań ńada/suara berìsìk darì jeńdelaku. Begìtu aku palìńgkań mukaku ke arah jeńdela tampak sesosok tubuh prìa berdìrì dìluar. Oh rupańya ìtu maìńteńańce kańtor yańg sedańg membersìhkań jeńdela memakai lìft spesial uńtuk membersìhkań jeńdela geduńg tìńggì. Kulìhat petugas pembersìh ìtu meńgeńakań safety helm dań kemeja seragam maìńteńańce kańtorku. Dìpìńggańgńya dìa memakaì ìkat pìńggańg peńgamań dań berbagaì alat pembersìh tergańtuńg dì pìńggańgńya. Terlìhat mukańyayańg keras dań kulìtńya Dilalap Api dìtìmpa mataharì.
Gerakań tańgańńya yańg berotot ìtu terlìhat luwes meńggerakań pembersìh kacańya tatkala tańgań yańg satu lagì sesekalì meńyemprotkań caìrań pembersìh. Mataku tertuju pada bagìań celańańya yańg terlìhat meńyembul tańpa kusadarì aku meńeguk ludah meńatap wilayah kejańtańań prìa ìtu yańg terlìhat sepertì polìsì tìdur meńgguńduk dì wilayah retselìńg celańańya.
Mmm pastì kokoh daÅ„ besar’ups o’o ìtu pastì Å„ada/suara perì Å„akal dì telìńga kìrìku! laÅ„gsuÅ„g aku meńìńggalkaÅ„ melihat mataku darì petugas pembersìh ìtu. Ada perasaaÅ„ malu tìmbul dalam hatìku. PerasaaÅ„ geÅ„gsì gara-gara petugas maìńteÅ„aÅ„ce ìtu telah ‘membìus’ melihat mataku. UÅ„tuÅ„g jeÅ„dela kaÅ„torku terbuat darì kaca gelap yaÅ„g memaÅ„tulkaÅ„ siÅ„ar darì luar. Pastì oraÅ„g ìtu tìdak tahu kalau aku tadì memaÅ„daÅ„gÅ„ya seakaÅ„ ìńgìń ‘meÅ„eguk’ (atau lebìh tepat muÅ„gkìń meÅ„gulum) bagìaÅ„ ‘ìtu’. Aku kembalì ke pekerjaaÅ„ku sambìl sesekalì melihat ke jeÅ„dela. Aku merasa sepertì rugì melewatkaÅ„ ‘pemeÅ„tasaÅ„’ yaÅ„g jaraÅ„g ìńì (jeÅ„dela kaÅ„torku dìbersìhkaÅ„ 2 mìńggu sekalì ìtu puÅ„ belum teÅ„tu oraÅ„g yaÅ„g sama).
Lìmebelas meńìt kemudìań dìa meńghìlańg darì jeńdelaku pìńdah ke tìńgkat laìń. waktu ìtu Heńdra kembalì datańg dań memberikań Beńdel yańg aku mìńta pwujudńya. Heńdra masìh sempat meńgajaku luńch ńya dì luar tapì kutolak gara-gara aku memańg sedańg tìdak ìńgìń keluar kańtor. Muńgkìń gara-gara tadì pagì sarapańku tidak sedikit sehìńgga aku meńgambil ketetapań cuma meńyańtap apel yańg kubawa darì rumah.
Bìasańya lańgsuńg sesudah memasukì jam ìstìrahat kańtor aku melakukań seńam-seńam rìńgań dì ruańgańku. Hal ìtu kulakukań rutìń hìńgga meńjadì setype rìtual harìań bagìku. Lebìh baìk aku makań sìańg porsì kecìl plus seńam rìńgań darìpada aku pergì makań hìńgga keńyańg tapì meńgakìbatkań rasa kańtuk dań peńat sepańjańg sìsa waktu kerja.
Kuńyalakań stereo set dì ruańgańku remote kemudìań aku melepas sepatu dań duduk agak selońjorań sańtaì dì kursì.
KuaÅ„gkat ke-2 tuÅ„gkaì kakìku daÅ„ kuletakaÅ„ dìatas meja posìsì kakì salìńg meÅ„yìlaÅ„g. KuhabìskaÅ„ apel yaÅ„g kubawa darì rumah lalu kemudìaÅ„ memìńum sebotol aìr mìńeral. ‘How refreshìńg! aku tetap duduk saÅ„taì sambìl meÅ„ggerakaÅ„ ujuÅ„g jarì kakìku uÅ„utuk meregaÅ„gkaÅ„ otot. SuasaÅ„a kaÅ„tor yaÅ„g begìtu teÅ„aÅ„g gara-gara para teÅ„aga kerja sedaÅ„g ìstìrahat makaÅ„ sìaÅ„g bikiÅ„ku merasakaÅ„ suasaÅ„a prìvacy yaÅ„g teÅ„tram. BayaÅ„gaÅ„ petugas pembersìh jeÅ„dela ìtu kembalì memeÅ„uhì faÅ„tasì-ku.
Sebenarnya aku adalah tipe wanita yang sangat pemilih dalam menentukan pria yang akan kujadikan pertner dalam masalah sex. Biasanya aku memiliki standar yang tinggi akan hal itu. Salah satu yang penting adalah pria itu haruslah memiliki tingkat intelektual minimal sama denganku. Aku suka tipe pria yang tenang, dewasa dan gentle. Seorang pria yang mempu memberikan kepuasan psikologis daripada sekedar kenikmatan fisik yang hambar.
Selama ini rekan kencanku adalah pria berlatar belakang pendidikan tinggi dan mampu melakukan ‘clever conversation’. Akan tetapi entah mengapa dalam berfantasi aku lebih suka membayangkan pria-pria kasar dengan fisik yang kekar dan kuat. Tipe-tipe pekerja low class yang mengandalkan otot daripada otak. Lebih nikmat rasanya membayangkan mereka merengkuh tubuhku dengan kasar dan meniduriku dengan senggama yang liar.
Bayangan pria pembersih jendela tadi diam-diam membangkitkan libidoku. Terasa jelas tubuhku mulai dialiri gairah hangat yang berwujud suatu perasaan sensasi seperti aliran listrik halus menggelitik naik mulai dari ujung kaki lalu perlahan lahan naik ke atas menjalari segenap bagian tubuhku. Tanganku secara otomatis bereaksi dengan mulai menyentuh dan mengusap-usap kedua pahaku yang di balut stocking yang halus. Tangan kiriku mulai meremas payudaraku dan tangan kanan membelai paha bagian dalam hingga menyentuh tepat diantara kedua kakiku. Tanpa sadar aku merentangkan kedua kakiku selebar mungkin diatas meja hingga rok kerjaku kusut terangkat hingga pinggang.
Kubayangkan tangan-tangan kasar pria itu meremas dan mempermainkan buah dadaku. Kubayangkan tangannya menyusup ke balik baju dan BH-ku dan mulai mempermainkan puting susuku. Gerakan jari-jarinya begitu kasar hingga mulai memelintir dan ‘menjewer’ kedua puting-ku. Terasa bagian tengah celana dalamku yang masih terlapis pantyhose mulai basah. Kuteruskan gerakan tanganku dengan menekan kuat daerah klitoris dan melakukan gerakan ‘tekan dan putar’ mirip gerakan mengulek. Ahh.. Nafasku mulai berat memburu. Kuatur dengan menarik nafas panjang. Lalu kubayangkan pria tadi melepaskan celana kerjanya.. Kubayangkan kejantanannya yang besar dan kokoh itu berdiri bebas tanpa ditutupi celananya. Lalu perlahan diletakan di bibir kewanitaanku.
Kini kedua belah tanganku membelai daerah pangkal paha sambil kubayangkan kenikmatan yang diberikan olehnya apabila ‘kejantanannya’ itu menusuk menghujam kewanitaanku. ‘sshh.. Aku mendesis dengan penuh perasaan merinding yang nikmat mambayangkan hal itu. Terlebih lagi nikmatnya gerakan kasar pria itu apabila ‘memompa’ kewanitaannku dalam senggama yang liar dan kasar. Kian keras aku menekan areal klitoris-ku, makin cepat seiring kenikmatan dan cairan kemaluanku yang mengalir keluar seiring kedutan-kedutan di dalam liang kenikmatanku. Makin kuat.. makin kuat hingga kesadaranku menjadi gelap diselubungi kabut kenikmatan yang memabukan.
Mulutku beberapa kali terbuka lebar megap-megap menahan nafas yang memburu serta berusaha mencegah suara rintihan itu keluar dari mulutku. Akhirnya saat kubayangkan pria itu menusuk berulang dan makin keras, maka terlepaslah samuanya.. Ibarat listrik mengaliri seluruh persendianku, aku tenggelam dan tersapu gelombang orgasme yang hebat! kedua kakiku mengejang diatas meja sampai pantatku agak terangkat hingga posisi duduk-ku makin melorot! Hmm! tak dapat kulihat apa-apa lagi selain ribuan kunang-kunang menari manyilaukan mataku!
Ahh! Kulepaskan nafasku yang berisi gelombang kenikmatan terakhir lalu aku kembali lunglai diatas kursi. Terdengar suara tawa si peri nakal cekikikan di telinga kiriku. Begitu mulai kesadaranku kembali aku dapati kalau posisi duduku merosot hingga punggungku tinggal bersandar di dudukan kursi dan bagian pinggang sampai pahaku menggantung diantara kursi dan meja. Tinggal sebatas lutut hingga ujung kakiku saja yang masih berada diatas meja mencegahku jatuh ke lantai. Ingin kutetap dalam posisi itu hingga desah nafasku kembali normal tapi bunyi telpon membuatku segera bangkit untuk menjawabnya.
“Halo..” desah nafasku masih setengah memburu.
“Halo.. Mbak ini aku” terdengar suara dari ujung sana. Suara itu sangat kukenal karena itu suara adiku Sonny (Sonny Amulet).
“Lho Mbak kenapa koq nafasnya gitu abis senam apa abis lari?” ujarnya yang cukup membuat wajahku merah padam.
“Eh aku abis senam.. Ada apa?” aku balik bertanya sambil mengalihkan perhatiannya dari deru nafasku.
“Lho besok jadi nggak ke nyari PC-nya ke ITC?” jawabnya
Oh iya aku hampir lupa kalau besok aku janji mau menemaninya mengganti komputer.
“Iya.. Iya gimana dong bukannya kamu kerja sama kuliah?”.
“Besok aku kuliah pagi sampai siang.. Soal kerja sih besok nggak ke kantor lagian Erika keluar kota” jawabnya.
“Oke deh kalau begitu.. Mbak jemput kamu jam 11 di kampus yah.. Tapi kalau bisa sebelum jam tiga sudah kelar soalnya
Mbak harus ke tempat suplier jam tiga”.
“Ok deh bisa.. Sebentar koq paling 2 jam-an” katanya memastikan.
“Ok deh.. Ampe besok Mbak daah” tanpa menanti jawabanku dia menutup telponnya.
Dasar tuh anak kalau ada maunya bisa aja. Aku segera merapikan bajuku mengenakan sepatu lalu ke toilet untuk segera membersihkan bagian kewanitaanku yang ‘kegerahan’. Siang itu pertemuan dengan Suplier berjalan dengan baik dan segalanya sesuai dengan rencana.
Sore itu selepas jam kantor aku masih saja berada di ruang kerjaku. Seperti biasa aku membereskan semua sisa pekerjaanku sekaligus semacam evaluasi pribadi akan kinerjaku hari itu. Itu merupakan salah satu kebiasaanku karena aku tidak mau ada sesuatu yang tercecer atau tertinggal hingga membuatku repot di hari berikutnya. Dan seperti biasanya suasana lalulintas di depan kantorku sangat padat (nggak cuma di depan kantorku sih.. Di jakarta memang dimana-mana padat kalau jam pulang kantor). Biasanya aku suka mampir di Playan yang kebetulan dekat dengan kantorku dan bersama beberapa rekan kantor ‘hangout’di kafe wien sampai keadaan jalan mulai lenggang baru pulang. Tapi saat itu aku malas beranjak keluar kantor dan iseng browsing di internet sambil minum capucino.
20 menit kemudian aku merasa harus segera ke toilet dan seperti biasa aku suka menggunakan toilet yang terletak di bagian direksi. Alasanku adalah karena toilet wanita disana lebih jarang digunakan karena biasa hanya digunakan oleh tamu direksi yang wanita dan para sekretaris direksi saja (lagipula para direksinya adalah pria semuanya) jadi lebih memenuhi rasa higienis-ku.
Aku melintasi ruang kantor utama yang sudah kosong menuju ke bagian selatan lantai 4 ini. Di bagian direksi sebagian besar lampu sudah dipadamkan sehingga hanya lampu2 pada koridor saja yang masih tetap menyala. Sebenarnya suasana temaram dan sepi ini agak menyeramkan tapi karena sudah empat tahun bekerja disini aku sudah familiar dengan suasana gedung ini. Lagipula di lantai satu dan dua di bagian produksi kegiatan tetap berlangsung dan masih ramai dengan pekerja. Aku memasuki toilet wanita yang terletak di tempat paling ujung bagian direksi. Lampunya masih menyala dan tanpa ragu aku melangkah masuk ke dalamnya.
Begitu memasuki toilet aku langsung melewati jajaran wastafel di kedua sisi dengan cermin sepanjang dinding kedua sisinya. Ada empat bilik toilet di dalamnya. Di pintu masuk dua bilik pertama tergantung sign “RUSAK/DALAM PERBAIKAN” sehingga aku memasuki pintu ketiga. Ketika aku sedang duduk di toilet itu ada perasaan aneh yang muncul. Perasaan yang mengatakan kalau aku tidak sendiri di ruangan ini. Insting-ku seperti merasakan kehadiran orang lain di ruangan ini.
Aku segera mengusir perasaan itu jauh-jauh dan segera setelah selesai buang air kecil aku segera membersihkan diri (tentunya flushing the toilet juga) lalu ingin segera meninggalkan ruangan yang mulai ‘spooky’ itu. Belum sempat aku keluar tiba-tiba pintu masuk toilet terbuka dan terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa. Ada sedikit suara bisik-bisik singkat yang membuatku mengenali suara itu.
Itu suara Diana! rasa ingin tahuku keluar hingga aku perlahan membuka pintu bilik-ku mengintip. Rupanya mereka berada di sisi yang sama dengan jajaran bilik toilet sehingga aku tidak dapat melihat langsung ke arah mereka. Akan tetapi cermin besar sepanjang sisi seberangnya membuatku bisa melihat mereka melalui cermin itu. Dan apa yang kulihat benar-benar membuat kedua lututku gemetar. Diana dan Nina si resepsionis sedang bergelut penuh nafsu birahi! Kulihat bibir keduanya saling menempel erat dan desah nafas mereka berdua terdengar keras memenuhi ruangan itu. Perasaan antara jijik dan shock aku rasakan menyaksikan dua orang wanita yang kukenal melakukan hubungan sejenis di depan mataku. Ingin aku memalingkan muka karena muak melihat perbuatan mereka namun rasa ingin tahu-ku terlalu kuat hingga aku menyaksikan ‘permainan’ mereka dari balik pintu toilet ini.
Diana terlihat lebih mendominasi ‘pergumulan’ itu sedangkan Nina lebih tampak sebagai objek pemuas. Tangan Diana tampak begitu rakus dan liar menjelajahi setiap lekuk tubuh Nina. Dua pasang tangan yang halus dan lentik terlihat tergesa-gesa saling mencopot pakaian bagian atas pasangan masing-masing.
Sepasang bibir yang sama-sama mengenakan lipstik tampak sangat tidak wajar saling menempel lekat seperti itu. Bahkan bayanganku tentang hubungan lesbian selama ini tidak se’seram’ kenyataan yang terlihat gamblang di depan mataku. Aku menarik nafas panjang dan sejenak berusaha menerima fakta di depanku bahwa gosip si Hendra benar dan cerita Bramanto si satpam juga benar adanya. Tapi mengapa harus Diana? mengapa harus teman yang telah kukenal sejak pertama kali aku kerja disini dan mulai cukup dekat dua tahun terakhir ini.
Aku tidak menyebut akrab karena hubunganku dengannya memang hanya sebatas hubungan kantor dan di acara-acara luar kantor yang melibatkan orang-orang dari kantor (such as ultah-nya semalam). Tapi kuakui selama dua tahun terakhir ini kita berdua cukup intens dalam berhubungan. Diana cukup sering menelpon dan bercerita banyak hal denganku. Memang belum sampai dalam taraf curhat sih soalnya kami berdua seperti-nya tipe wanita yang lebih suka menyimpan hal-hal pribadi dan hanya menikmati percakapan yang bersifat umum dan populer saja.
Oh iya Diana adalah wanita yang telah berumah tangga, usianya 30 tahun wajahnya menarik dan memiliki pesona kematangan seorang wanita yang pastinya sangat sexy khususnya di mata pria berpendidikan yang suka dengan wanita yang memiliki intelektualitas dan mandiri. Nina sendiri masih terlihat sangat muda, mungkin sekitar 22-23 tahun umurnya. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya khas mojang Priangan dengan kecantikan yang lumayan.
Kulitnya tampak kencang dengan payudara dan bagian pantat yang cukup montok. Tubuhnya lumayan jangkung dan jujur saja membuatku iri (padahal tinggi badanku yang 162 cm ini menurut teman-teman sudah cukup tinggi). Tapi tetap saja aku iri dengan tinggi badannya titik. Saling bergantian kedua wanita itu melepaskan nafsu mereka meremas, dan kemudian menghisap, menjilat (etc.. Etc segala jenisnya) payudara pasangannya.
Kemudian tubuh Nina yang langsing itu tampak beranjak duduk diatas wastafel. Diana dengan sigap menarik celana dalam pasangannya sampai lepas hingga tersangkut di sebelah kakinya lalu melakukan oral. YUKS!! agak mual aku membayangkan bila aku yang harus melakukan itu. Adakah kenikmatan yang didapatkan dengan mencumbui kemaluan dari sesama wanita?? Setidaknya itu yang ada di pikiranku pada awalnya.
Tubuh Diana dalam posisi berlutut. Kepalanya tepat berada diantara paha milik Nina yang kadang-kadang menutup mengejang menahan geli. Kuperhatikan wajah Nina yang sangat ‘ekspresif’ menterjemahkan tiap kenikmatan yang dirasakannya. Matanya yang sayu terbius kenikmatan kadang agak mendelik dan kadang terpejam dalam waktu lama seiring galombang kenikmatan yang datang menerpanya bagaikan ombak memecah pantai silih berganti. Kedua telapak tangannya yang halus itupun seperti mengikuti irama yang sama dengan ekspresi wajahnya menjelajahi tiap bagian dadanya sendiri. Terkadang tangannya membelai, kadang seperti menggaruk dan memelintir kedua ujung payudaranya sendiri. Dia menikmati itu semua serasa dia hanya sendiri diruangan ini.
Kedua pasangan itu tampak seperti menikmati permainan mereka dengan cara sendiri-sendiri. Kurasakan detak jantungku kian berdentang kencang dan nefasku kian berat. Lambat tapi pasti fantasi memenuhi kepalaku. Aku membayangkan kenikmatan saat aku melakukan masturbasi tadi siang. Posisiku yang sedang mengintip menimbulkan semacam sense of privacy yang membuatku makin tenggelam dalam permainan panas yang disuguhkan dua insan sejenis di depan mataku.
Seumur hidupku belum pernah aku melihat langsung wanita yang sedang berhubungan sex (jelas karena selain bukan lesbi aku juga belum pernah melakukan orgy or threesom). Ketika masih kuliah beberapa kali aku pernah berkencan di motel kelas ‘mahasiswa’ yang full cermin sampai ke plafon hingga aku bisa melihat diriku bagai dalam aquarium. Tapi berbeda menyaksikan diriku sendiri bercinta dengan menyaksikan wanita lain yang memiliki tubuh yang lekuknya tidak kukenal. Aku merasakan ada suatu pesona unik dalam tiap geliat tubuhnya itu. Pesona yang kuyakin diliat juga oleh partner sex-ku dalam diriku. Setidaknya ini akan menambah percaya diriku apabila ber-intercourse kelak.
‘Widya.. What are u doing honey!!’ suara itu tiba-tiba membuyarkan konsentrasiku. Si peri baik lagi.. Ah selalu tepat disaat-saat tidak dibutuhkan’ keluhku dalam hati. ‘Kamu harus malu sama diri kamu sendiri’ suaranya tajam menusuk persaanku. Betul juga sih.. Untuk apa aku mengintip seperti ini? aku jadi malu sendiri. ‘Hah abis harus gimana lagi dong khan kamu terjebak disini’ uh itu si peri nakal membela-ku kali ini. Iya betul aku khan nggak sengaja. Lagian khan lebih tidak menyenangkan kalau saat ini aku keluar dan mengganggu ‘permainan’ mereka. Bukannya aku setuju dengan perbuatan mereka, tapi bagaimana caranya? Apakah aku harus keluar lalu menyapa ‘hai diana, hai Nina’ terus berlalu? Jelas nggak mungkin dong!
Sebersit perasaan bersalah muncul dalam hatiku. Kenapa tidak sejak awal aku keluar dari bilik ini saat mereka masuk pertama kali. Mungkin hal itu akan membatalkan niat mereka. Tapi kembali kupikir bahwa disini atau ditempat lain sama saja. The point is: Diana dan Nina itu betul-betul Lesbian! dan mereka pasti akan melakukan perbuatan itu walau tidak disini!
Segera aku mengusir rasa bersalah itu jauh-jauh. Kutinggalkan peri nakal dan peri baik saling bertengkar dan kembali aku memusatkan perhatian kepada sepasang wanita yang sedang mabuk oleh hasrat ‘panas’ masing-masing. Sekarang Diana sudah duduk di tepi wastafel disamping Nina mereka berciuman sejenak lalu keduanya merogoh tas memsing-masing dan mengeluarkan masing-masing mengeluarkan benda panjang dan lonjong yang sudah sangat aku kenal.. Dildo!
‘My God.. Mereka pasti sudah merencanakan ini’ aku terkejut melihat ‘peralatan’ mereka yang cukup lengkap itu (jelas menunjukan niat mereka). Kedua dildo itu berwarna biru muda dan memiliki ukuran panjang sekitar 20 cm (sepertinya dibeli bersamaan di satu tempat melihat model dan warnanya seragam). Aku cukup akrab dengan ‘mainan’ itu karena aku memiliki ‘koleksi-nya’ dirumah.
Aku sebut koleksi karena aku sama sekali tidak pernah menggunakannya dan belum terpikir untuk mencobanya karena bagiku fantasy abstrak dan sentuhan alami lebih dapat dinikmati daripada sentuhan stimulasi kasar dari benda yang cukup ‘imajiner’ bentuknya itu. Aku memiliki dua buah alat stimulasi sejenis. Sebuah Dual-dildo (dildo yang memiliki dua ‘kepala’ sehingga bisa digunakan bersamaan dengan arah yang berlawanan), dan satu vibrator jenis standar yaitu dildo yang mampu bergetar dengan tenaga batere dengan tiga tingkatan kecepatan yang dapat diganti-ganti.
Benda-benda ‘kinky’ itu adalah oleh-oleh dari Caroline-gadis Singapura yang pernah jadi roommate-ku ketika studi pasca serjana di Aussie. Dua tahun lalu dia liburan ke jakarta dan menghadiahi aku ‘mainan’ itu. Biar aku tetap inget masa gila-gilaan kita berdua di Aussie katanya. Well.. I do have a good time waktu itu (mungkin akan aku ceritakan di kisahku yang lain). Ups, aku malahngelantur mikirin yang lain. Ok back to the ‘love’ scene lagi deh.. Diana dan Nina duduk bersandar pada cermin diatas wastafel.
Kini giliran Nina yang gencar mencumbui leher Diana yang tampak mengkilat bersimbah peluh. Keduanya menggenggam dildo masing-masing dengan pegangan yang begitu mesra serasa seperti memegang sesuatu yang lain. Sesuatu yang dengan jelas dan eksplisit direpresentasikan oleh bentuk dildo itu. Sekitar 10 menit kemudian ruangan toilet itu di penuhi suara nafas dan lenguh kenikmatan tatkala sepasang wanita cantik itu mulai menggunakan ‘mainan’ mereka sesuai dengan kegunaannya. Kakiku mulai terasa letih disaat Diana dan Nina mulai melenguh panjang dengan nafas yang menderu saling bersahutan. Makin liar mereka ‘memainkan’ dildo ditangan mereka yang tersembunyi di didalam rok kerja mereka.
Jelas terlihat guratan kenikmatan memenuhi ekspresi Diana. Sedangkan wajah Nina terlihat mulai ‘blushing’, merah padam. Sedetik kemudian tubuh mereka berdua mengejang menahan derasnya orgasme yang jelas terlihat menyelimuti getaran tubuh mereka berdua. Mereka bagai hendak menghujamkan dildo itu sampai tertelan semuanya dalam kewanitaan mereka dan tangan mereka yang bebas saling menggenggam erat.
Begitu eratnya sehingga baru terlepas perlahan sesaat setelah desahan nafas kenikmatan terakhir mereka berlalu. Aku merasa sudah cukup melihat semuanya. Lebih dari cukup buatku menyaksikan suatu pemandangan yang membuatku cukup shock sekaligus membawa sensasi kenikmatan dan keindahan tertentu dalam diriku. Yang jelas aku seperti melihat sesuatu yang baru dalam diri kaumku sendiri-Lesbian itu nyata adanya! Aku terduduk lemas di atas tutup closet. Terasa peluh di bagian leherku mengalir hingga ke dadaku. Aku terus diam sampai mereka berdua meninggalkan ruangan dengan hanya memperdengarkan suara pintu yang ditutup perlahan. Lega rasanya bebas setelah terjebak dalam toilet akibat ulah sepasang wanita yang dimabuk ‘cinta’tadi. Bagiku kata mabuk saja lebih cocok dibanding kata cinta.
My God! dalam keadaan mabuk berat sekalipun aku masih cukup waras untuk tidak bercumbu dengan pasangan sejenis. Segera aku keluar dan ketika melewati deretan wastafel aku menyempatkan diri merapikan diri di depan cermin (always) Tentunya aku tidak bercermin di deretan wastafel tempat Diana dan Nina tadi karena ada semacam perasaan ’emoh menyentuh ataupun mendekati bekas tempat mereka ‘bermain’ tadi. Bahkan aku masih merasakan sisa aura mereka di bagian itu.
Aku meraih HP-ku dan segera men-dial no telepon Hendra. Tidak sabar aku ingin mendengar komentarnya akan apa yang baru saja aku alami disini. Biasalah dalam keadaan seperti ini aku tidak dapat menahan keinginan-ku untuk segera bergosip (panggilan jiwa!! Nggak salah khan?).
Tiba-tiba aku tersentak dan memekik tertahan mendengar bunyi ponsel yang suaranya cukup menyolok pendengaran (karena suasana sedang hening) dan berasal dari salah satu bilik toilet yang dipintunya terpampang sign rusak tadi! Suara itu diikuti suara hentakan sepatu dan bunyi benturan di pintu bilik itu.
“Siapa disitu!” dengan spontan aku menegur dengan hati ciut.
Karena kaget aku segera mematikan ponselku dan menanti jawaban dari balik pintu. Sesaat kemudian pintu itu terbuka dan betapa terkejutnya aku melihat wajah Hendra asisten-ku muncul dari balik pintu kedua toilet! Lho..! kata-kata itu hampir bersamaan keluar dari mulut kita berdua dengan penuh rasa terkejut.
Wajah Hendra masih tampak dengan ekspresi kaget dan konyol-nya itu ketika pintu bilik pertama terbuka dan Bramantio-si Satpam keluar dengan melongo kepadaku tanpa mampu berkata apa-apa! Antara kaget dan malu aku menghardik mereka berdua bagai seorang kakak yang marah pada adik-adiknya.
“Ngapain kamu berdua disini.. Di toilet wanita?”
Aku segera sadar kalau mereka rupanya sudah janjian ngintip Diana dan Nina disini.
“Lha kamu sendiri ngapain?” ucap Hendra dengan lugu sekenanya.
“Lho ini kan toilet wanita jelas aku ada keperluan masuk ke sini” kataku dengan nada meninggi.
Aku kesal pada mereka berdua karena merasa bahwa mereka telah mengganggu privasi-ku disini. Kesal karena baru sadar kalau dua orang lelaki ini tadi juga telah ada saat aku duduk di closet. Walaupun aku cuma pipis tapi ada semacam sense of privacy-ku yang dilanggar dengan kehadiran dua pria ini kendatipun aku juga sadar kalau mereka juga pasti tidak menyangka aku akan ke sini.
Kulihat Hendra senyum-senyum kecut menatap-ku dengan tatapan tolol-nya sedangkan Bramanto terlihat salah tingkah dan tidak berani memandang wajahku. Tubuhnya yang gempal tampak bergerak-gerak mengikuti nafasnya yang berat agak tersengal-sengal serta sebentuk gundukan panjang mirip polisi tidur tercetak jelas di celana satpam-nya yang ketat. Rupanya si Bramanto ini masih belum bisa menghilangkan sensasi rangsangan akibat ‘tontonan’ gratis tadi.
“Sorry Wid.. Kita nggak tahu kalau kamu bakal masuk kesini” ujar Hendra dengan guilty face.
“Eh tapi benar khan cerita-ku.. Aku sama ‘manto memang sengaja mau buktiin gosip itu” ujarnya lagi setengah membela diri tapi dengan ekspresi penuh kemenangan karena berhasil membuktikan omongannya padaku.
“Iya bu.. Mereka sudah sering begituan disini” ujar Bramanto menimpali.
“Berarti kamu juga sudah sering nyelinap masuk kesini buat ngintip mereka” kataku dengan dengan nada suara agak mengintimidasi satpam itu.
“Eh nggak bu.. Ini baru yang kedua dan ini juga karena Pak Hendra penasaran mau tahu”
“Waktu yang pertama juga aku nggak sengaja pas lagi kontrol aku dengar suara kasak-kusuk.. Nggak taunya ibu Diana dan Mbak Nina itu..” katanya tanpa melanjutkan kalimatnya.
“Sudah yang jelas masalah ini biar aku saja yang ngomong ke Ibu Diana.. Pak Hendra dan kamu diam-diam saja” Aku berbicara dengan tegas dan singkat.
Yang jelas aku ingin cepat-cepat meninggalkan ruangan toilet wanita ini. Sebenarnya aku masih ingin ngobrol banyak sama Hendra tapi karena ada Bramanto si satpam aku jelas harus tetap menjaga image-ku sebagai atasan juga image Diana dan Nina di depan satpam itu seburuk apapun keadaan mereka dimata kita sekarang.
Kita bertiga segera beranjak keluar dari situ. Aku dan Hendra kemudian terlibat perbincangan (lebih tepatnya pergunjingan) seru tentang kejadian yang sama sekali tidak disangka tadi (bagi Hendra mungkin sudah disangka karena mereka memang niat mau ngintip). Waktu sudah menjelang pukul delapan malam ketika Hendra pamit pulang.
Aku sendiri masih asyik mengutak-atik internet explorer-ku sambil menikmati suasana lengang di kantor. Pikiranku kembali terbayang pada kejadian paling menghebohkan yang kualami hari ini. Aku jadi bertanya dalam hati.. Apakah aku betul-betul menikmati apa yang kulihat dari adegan-adegan penuh nafsu yang dipertontonkan Diana dan Nina di toilet tadi? Normalkah aku kalau ada rangsangan yang timbul dalam diriku ketika melihat ‘ulah’ mereka tadi? Suasana ruangan kantorku yang sudah kosong ini mirip sekali dengan suasana tadi siang pada jam istirahat.
Lenggang dan nyaman membuat aku merasa kembali rileks. Perlahan tapi pasti aku seperti ter-sugesti oleh semua yang kualami hari ini. Mulai dari nikmatnya air dingin dari shower tadi pagi, kemudian orgasme yang penuh sensasi tadi siang, lalu terakhir adalah suguhan nafsu yang penuh keindahan yang diperagakan dengan sempurna oleh Diana dan Nina diatas wastafel itu.. Oh benakku kembali diserbu berbagai fantasy yang cukup membuat peri baik yang senantiasa berbisik di telinga kananku cemberut. Sementara si peri nakal dengan sepasang tanduk kecilnya tampak tersenyum manis sambil menggelitikku dengan trisula godaannya yang makin tidak ter-elakan lagi. Kurasakan kewanitaanku mulai basah dan aku diselimuti oleh aroma sexual yang tinggi.
Tok.. Tok.. Tok suara ketukan halus terdengar dari balik pintu ruanganku.
“Bu Widya..” terdengar suara lelaki tapi suara itu bagai terjepit diantara kerongkongannya.
Ah itu pasti Bramanto si satpam.
“Iya.. Kenapa? Masuk aja” aku mengundangnya masuk.
Saat yang bersamaan tanpa diundang semua stimulasi yang kuterima hari ini turut memasuki pikiranku dan menentukan keputusan buatku.
“Kebetulan aku lewat dan melihat ruangan ibu masih terang.. Ibu masih lama disini?” suaranya datar dan sopan.
Aku hendak menjawab tapi dia kembali melanjutkan kalimatnya,
“Aku sekalian mau pamit pulang.. Lagian sudah ganti shift.. kalau ibu masih lama dan perlu beli makanan atau minuman bisa titip aku biar nanti aku suruh maintenance yang mengantarkan kemari..” ujarnya.
Bramanto rupanya sudah berganti pakaian. Seragam satpam-nya telah berganti polo shirt dan di tangan kirinya ada tas kecil yang pasti berisi seragam satpamnya.
“Oh tidak.. Terima kasih sebentar lagi aku juga mau pulang” jawabku dengan ramah.
“Manto duduk sini aku mau bicara denganmu,” suaraku penuh penekanan dengan nada memerintah.
Bramanto tampak agak ragu tapi dia menuruti perintahku dan duduk di kursi di depan mejaku.
“Eh masalah tadii itu bu.. benar lho aku sebenarnya nggak berniat.. Tapi Pak Hendra yang..” suaranya terputus putus karena merasa bersalah.
“Aku tidak menyalahkan kamu tapi aku meminta kamu supaya, merahasiakan hal tadi.. Aku tidak mau mendengar sampai ada orang lain lagi yang tahu hal ini” ujarku sambil bangkit dan duduk ditepi meja kerjaku tepat di depannya.
Dengan sengaja aku meletakkan paha kananku diatas paha kiriku. Gerakan itu sengaja aku lakukan dengan agak demonstratif. Sekarang pasti sebagian besar pahaku yang terbalut stoking nampak jelas dimatanya. Bramanto memperbaiki posisi duduknya. Jakunnya terlihat bergerak menelan ludah. Itu reaksi yang kunantikan!
Sejenak aku memandangi sosok gempal yang nampak rikuh di depanku. Dia kira-kira berusia 25 tahun dan sudah berkeluarga. Tipe pria pekerja yang selalu jadi bahan fantasi-ku! Dia pasti merasa kalau aku memandangnya dengan tatapan yang tidak pantas. Tapi aku telah menentukan pilihanku. Lebih tepatnya adalah hasratku telah menentukan pilihannya bagi keinginan tubuhku.
“Mm.. Maaf Bu tapi aku harus segera pulang” rupanya dia sudah merasa gelisah.
“Kamu sudah berkeluarga?” tanyaku lagi tidak mempedulikan perkataannya.
“Iya bu.. Sudah 4 tahun”
“Istriku sedang hamil,” lanjutnya lagi, “Hamil tujuh bulan bu”jawabnya lagi tanpa ditanya.
Betul-betul terlihat gugup sehingga dia menjawab sesuatu yang tidak kutanyakan. Cukup mudah bagiku untuk memanipulasi dan memancing pria sekelasnya. Selama ini aku terbiasa berinteraksi dengan pria berpendidikan dan memiliki intelektual yang cukup tinggi sehingga dengan mudahnya aku mendominasi percakapan dengan Bramanto.
Status sosial serta posisiku yang jauh lebih tinggi darinya membuat dia sangat menghormatiku hingga dengan mudah terintimidasi olehku. Dalam posisi ‘in charge’ seperti ini, rasa percaya diriku makin tinggi hingga aku mulai memperlakukannya sebagai obyek dari hasratku. Segala sesuatunya telah aku pikirkan dengan matang sehingga aku yakin dengan setiap perbuatanku padanya.
“Tadi kamu sepertinya menikmati sekali mengintip ibu Diana dan Nina ditoilet itu,” aku berucap dengan penuh provokasi,
“Ehm.. Ya nggak juga sih.. Tapi ya..” sesaat dia bingung untuk melanjutkan ucapannya itu.
“Ehm.. Ibu juga khan ngerti, namanya juga lelaki normal.. Ya suka juga”
Wajahnya tampak memerah berkata begitu tapi aku melihatnya bagai gunung es yang mulai cair. Nada suaranya terdengar mulai rileks dan lebih enteng. Ada perubahan yang terlihat dari bola matanya yang hanya sekali-sekali berani menatap wajahku. Kulihat mulai ada gairah di matanya. Bagiku itu tandanya Bramanto sudah mulai menduga arah pembicaraanku. Sekarang tinggal menunjukan padanya secara eksplisit.
“Kenapa.. Apa istri kamu dirumah kurang bisa melayani kamu?” kulepas kedua sepatuku dan membiarkan kedua kakiku tergantung bebas.
“Ehm.. Segenarnya sih nggak juga.. Tapi ya dia lagi hamil tua.. Ya jadinya aku sudah lama nggak..” suaranya terhenti ketika kuletakkan kaki kananku diatas pangkuannya.
Entah apa yang berada di dalam pikiranku karena saat itu yang tujuanku adalah memuaskan hasrat yang kian menggebu. Kuyakin Bramanto tidak akan sanggup menolak keinginan-ku. Tinggal masalah kendali bagiku karena siapa yang mengendalikan dialah yang mendominasi. Sementara bayangan tubuh Diana dan Nina yang menggeliat saat menahan kenikmatan kembali membayangi fantasi-ku. Tampak Bramanto terdiam kembali terlihat jakunnya naik turun dan nafasnya menjadi berat pertanda gairahnya memuncak.
Kini kedua matanya menatap-ku dengan tatapan yang sama sekali tidak kusukai. Tatapan itu penuh nafsu terpendam dan hasrat ingin menguasai. Terlihat pandangan khas seorang laki-laki yang memandang wanita di depannya ini sebagai objek sex yang siap memenuhi nafsu sesuai seleranya. Itu adalah hal yang paling kubenci dari pria dalam berhubungan sex apalagi kini tatapan itu keluar dari pria yang kuanggap tidak selevel dengan-ku. Apa boleh buat aku yang memancingnya, kini aku yang harus mengantisipasi itu dengan segera memegang kendali ‘permainan’ ini.
Tangan Bramanto mulai meraba pergelangan kaki kananku yang kutumpangkan diatas pahanya.
“Kamu menginginkan aku khan?” kataku halus namun penuh penekanan.
“Ah ibu Widya.. Aku nggak enak” ucapnya namun tangannya mulai merayap ke atas kebagian paha-ku.
“Tutup mulutmu dan turuti permintaanku” kataku dengan suara pelan dan halus.
“Layani aku” ujarku singkat setengah berbisik.
Wajah Bramanto masih terlihat bingung ketika aku memindahkan posisi duduku sehingga sekarang tepat berada diatas meja di depannya. Aku kemudian membuka kedua pahaku dan menginjakkan kakiku di pegangan kursi tempat Bramanto duduk.
“Tolong lepaskan stokingnya” ujarku memerintahnya.
Rupanya suaraku dalam keadaan seperti ini membuat Bramanto seperti terhipnotis sehingga tanpa basa-basi lagi dia menuruti permintaanku. Tangannya menelusup ke balik rok-ku dan menarik pantyhose yang kukenakan. Sempat dia berusaha menarik celana dalamku agar turut terlepas turun namun dengan lembut aku memberi isyarat agar dia tidak melakukan itu.
Matanya tampak setengah melotot dan berulang kali jakunnya naik turun menelan ludah ketika sepasang betis yang indah mulus terekspose di depan matanya. Tanpa di suruh dia langsung mengangkat kaki kiriku dan mulai menciumi betis-ku. Terasa hangat ketika lidahnya menjilati betisku. Kurasakan sesekali dia mengecup betisku dengan nafas menderu hingga menimbulkan rasa geli yang mebuatku merinding.
“Tolong mulai dari bawah” ujarku sambil meringis menahan geli dan nikmat.
Aku ingin sekali Bramanto melakukan ‘legjob’ di kakiku. Kuangkat kaki kananku dan kusodorkan tepat di depan wajahnya. Kurasakan dengus nafasnya di ujung kakiku. Tampak Bramanto mengamati kakiku dengan penuh minat dan nafsu. Sejenak dia tampak ragu dangan apa yang akan dilakukannya. Kupikir Bramanto adalah tipe pria Indonesia pada umumnya yang biasa melakukan hubungan sex dengan foreplay yang kurang kreatif. Hanya berorientasi pada pemuasan diri sendiri tanpa memikirkan bahwa wanita ingin mencapai puncak kepuasan melalui semua tahapan kenikmatannya sendiri. Mungkin Bramanto belum pernah menjilati kaki wanita dalam berhubungan namun kali ini adalah permainanku dan dia harus menuruti keinginanku.
Sesaat kemudian dengan perlahan dia mendaratkan bibirnya mengecup punggung kakiku. Aku menarik nafas panjang sambil merasa cairan dalam bibir kewanitaanku kian bertambah. Terasa kini seluruh bagian kakiku dijilatinya dengan penuh nafsu. Rupanya dia baru merasakan nikmatnya mencumbui kaki wanita. Apalagi aku sangat merawat semua bagian tubuhku bahkan sampai ke ujung kaki. Wajar Bramanto berbuat demikian karena mungkin selama ini dia senantiasa berhubungan dengan wanita yang kurang menjaga tubuh sehingga dia enggan atau bahkan tidak pernah berpikir melakukan itu.
Kurasakan sensasi yang nikmat mulai menjalari tubuhku ketika Bramanto mulai menjalari kakiku dengan jilatannya yang kini telah mencapai bagian dalam pahaku. Tanganku bergerak meraih payudaraku sendiri dan mulai aku usapkan tepat di bagian putingku yang terasa mengencang di balik bra. Bramanto masih mencumbui kedua pahaku kepalanya bagaikan terjepit diantara kedua pahaku dan sesaat lagi dia akan segera menyentuh kewanitaanku. Kutdorong kepalanya keluar dari rok-ku lalu kurapatkan kembali kedua belah pahaku. Bramanto menatapku dengan tatapan yang menunjukan ketidak puasannya sepertinya dia protes padaku. Tapi akupun demikian akupun belum mencapai kepuasan yang aku inginkan. Aku memintanya mengeluarkan sapu tangannya lalu kuikatkan di kepalanya menutupi matanya. Lalu kuborgol tangannya dengan borgolnya.
Bramanto protes namun aku jelaskan padanya kalau ini adalah permainanku bukan permainnya. Dia pun menurut dan mengikuti perintahku selanjutnya. Memuaskan dirimu bukan hal yang sulit tapi memuaskan diriku adalah hal yang sulit pikirku. Kulepaskan celana dalamku lalu berdiri agak membungkung membelakanginya sambli tanganku bertumpu di meja kerja di depanku. Bramanto berlutut di belakang badanku dalam keadaan mata tertutup dan tangan di borgol. betul-betul perfect condition bagiku untuk menuntaskan hasratku hari ini. Kupejamkan mataku agar memudahkanku larut dalam fantasi yang sedang kubangun ini. Sejenak aku memejamkan mataku menunggu sentuhan Bramanto.
“Uhh..” tanpa sadar aku mengerang karena sesuatu yang hangat dan basah sedang menjilati tumit kaki kiri-ku.
Halus sekali sentuhan itu.. Sentuhan yang berasal dari lidah yang serasa menari-nari dipermukaan kulit tumitku lalu perlahan naik ke betis bagian belakang.
Suasana saat itu sunyi sekali hingga dapat kudengar deru nafasku silih berganti dengan bunyi nafas berat milik lelaki yang sedang berlutut di belakangku sekarang. Terasa kumis Bramanto yang kasar itu menggelitik di sepanjang kakiku. Kurasakan deru nafasnya mendarat di bagian paha dan membuat aku kembali memejamkan mataku dengan perasaan geli dan kenikmatan yang makin ‘menyengat’ku.
Kepala Bramanto makin naik sehingga aku harus membuka kedua kakiku hingga posisiku sekarang berdiri agak mengangkang. Pantat-ku aku naikan sedikit agar lebih memudahkan Bramanto ‘menggapai’ bibir kewanitaanku. Kini wajah Bramanto tepat berada di antara belahan pantatku dan lidahnya terasa mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Dengus nafasnya terdengar kian memburu sambil sesekali terdengar dia menarik nafas panjang menghirup aroma kewanitaanku yang tentunya sangat ‘keras’ tercium dibagian itu.
Terdengar suara agak berdecak ketika Bramanto menghisap bibir luar kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan kenikmatan. Kuperbaiki posisi-ku agar Agar Bramanto lebih leluasa mempermainkan lidahnya disitu. Aku sempat menoleh ke arahnya sehingga tampak hidungnya kembang kempis dangan nafas yang memburu. Kumisnya tampak basah oleh cairan yang barasal dari dalam liang kewanitaanku. Bramanto meleletkan lidah ke arah kumisnya menyapu sisa-sisa cairan kenikmatan yang melekat disitu lalu kembali menghujamkan kepalanya ke bagian kewanitaanku yang basah menanti kenikmatan.
Diriku merinding ketika lidahnya menelusup ke dalam celah kemaluanku lalu bergerak liar didalamnya. Tanganku agak gemetar merasakan nikmat yang dihasilkannya. Kenikmatan yang menerobos jauh ke dalam liang senggamaku hingga membangkitkan sensasi indah di sekujur tubuhku. tiba-tiba Bramanto menarik lidahnya dari kemaluanku dan seketika terasa lidah itu menari-nari di kedua bukit pantatku yang padat berisi.
“Uuh” aku menjerit kaget ketika Bramanto sesekali menggigit gemas pantatku. Aku merasakan wajahku memerah karena gigitan tadi menimbulkan efek unik yang membuat semua bulu romaku merinding.
Sementara itu jemariku makin cepat memainkan kedua puting susuku yang sudah sangat keras merespon tiap stimulasi yang diterimanya. Beberapa kali terasa Bramanto mempermainkan lidahnya di seputar anus-ku Ah dia sepertinya cukup mahir mempergunakan lidahnya. Sesaat kamudian aku merasa seperti ada aliran listrik menjalari setiap jengkal tubuhku ketika Bramanto menempelkan seluruh mulutnya di bibir kewanitaanku dan menyedot klitoris-ku sambil memainkan lidahnya disitu.
“Aaah” aku mulai kehilangan kontrol. Aku mendengar suara rintihan dan lenguhanku tanpa mampu menghentikan kenikmatan yang memaksaku melepaskan gejolak itu.
Lidah Bramanto terasa begitu rakus mempermainkan klistoris-ku. Energi tubuhku seakan habis tersedot olehnya dan kenikmatan yang dihasilkannya kian menguras kesadaraanku. Badanku kini rebah diatas meja kerjaku sementara terasa kakiku gemetaran dalam posisi mengangkang menopang tubuhku.
“AAHH.. Uuu” suara itu keluar dengan berat dari mulutku ketika Bramanto menggigit klitorisku.
Gigitan itu lembut tapi menimbulkan sensasi seperti tadi yang membuatku merasa merinding dan membuat tubuhku berkontraksi.
Menahan kenikmatan yang sejalan dengan keinginan fantasi-ku. Semenit kemudian aku sudah menyerahkan diriku secara total ke dalam kenikmatan yang berawal dari bagian paling sensitif dari tubuhku. Bramanto makin panas dan bernafsu ‘menghukumku’ dengan menghisap, menjilat, menyedot klitoris-ku. Tiba-tiba aku perasaan yang kualami siang tadi terulang kembali..
perasaan disaat fantasiku yang paling dalam bersatu dan manjadi nyata secara utuh dan total dengan kenikmatan yang secara nyata membakar tiap bagian tubuhku. Aku hanya bisa memejamkan mataku.. Sudah tidak dapat kudengar lagi jeritan dan rintihanku.
Aku telah tenggelam dalam badai kenikmatan yang datang bergelombang dan akhirnya mencapai puncaknya ketika kesadaranku hilang ditelan ribuan kunang-kunang yang terbang memenuhi ruang kantorku. Aku mengejang, kewanitaanku terasa berdenyut seperti ingin menyedot sesuatu yang biasa mengisinya disaat-saat seperti ini. Namun stimulasi tanpa penetrasi pada klitorisku cukup membuatku terhempas lunglai diatas meja kerjaku.
Sekitar satu menit aku memejamkan mataku membiarkan semuanya berlalu sampai benar-benar hilang seiring kembailnya kesadaranku. Masih terasa hangatnya mulut Bramanto menempel di kewanitaanku ketika aku bangkit kembali. Kasihan juga melihatnya begitu. Pasti dia protes karena kenikmatan ‘tanggung’ yang dialaminya. Kudorong kepalanya hingga mulut dan lidahnya berpisah dari kemaluanku.
Bramanto dengan mata tertutup masih kelihatan menunggu dan berharap aku melanjutkan ‘permainanku’ ini dengan sesuatu yang diinginkannya seperti penetrasi penis. Akan tetapi akulah yang berkuasa dan mengendalikan permainan ini. Dan bagiku ini telah berakhir aku telah mendapatkan apa yang kuinginkan. Kukenakan kembali bagian-bagian dari busanaku yang berserakan di atas karpet kantorku lalu melepas borgol dan saputangan dari mata Bramanto. Agak keget dia melihatku telah kembali berpakaian lengkap.
“Terima kasih kamu telah membantu aku malam ini” ucapanku terdengar dingin atau bahkan agak kejam begi dia yang berharap ada bagian untuk dirinya melepaskan semua ‘ganjalan’ yang masih terlihat nyata tercetak di celananya.
Ada kekecewaan di matanya namun melihat pergantian karakter dalam diriku dia menyadari kalau saat-saat ‘bonus’ telah berakhir.
Selanjutnya aku dengan sikap dingin memintanya agar merahasiakan kejadian malam ini dengan mengingatkan padanya apabila dia bercerita tentang hal ini pada orang lain maka akan membahayakan buat kelangsungan pekerjaannya di kantor ini. Selain itu juga dengan otomatis akan membahayakan rumah tangganya.
Well, terkadang memiliki posisi penting dalam pekerjaan ditambah status yang masih single memberi banyak ‘advantage’. Bramanto masih terbengong-bengong menatapku dengan ketika aku meninggalkan ruangan kantorku untuk segera pulang (menurutku apa yang didapat Bramanto malam ini sebenarnya sudah lebih dari apa yang pantas aku berikan padanya). Pikiran itu agak mengurangi perasaan bersalahku setidaknya aku tidak mengeksploitasi ketidak-berdayaannya secara gratis.. Aku membayar dia dengan kenikmatan pula se-minim apapun kenikmatan itu.
What a long day pikirku dan sebelum pintu lift tertutup aku sempat berseru pada Bramanto, “Tolong matikan komputer-nya” .
Pukul 22:45 di ranjang tidurku..
‘Yang kamu lakukan hari ini benar-benar keterlaluan Widya.. Kamu pasti menyesal sekarang’. ‘Kamu sama saja menjatuhkan derajatmu dengan tindakan liar yang gila-gilaan tadi’. ‘Tapi kamu khan sudah dewasa.. Kamu berhak menentukan kapan dan dengan siapa kamu melakukan itu’. ‘Setidaknya kamu masih melakukannya dengan normal tidak seperti Diana teman kamu itu’ Silih berganti peri baik dan peri nakal berbisik padaku. Dan seperti biasa akhirnya aku sendirilah yang menentukan pilihan-ku.
Ini semua bukan mengenai penyesalan..
Bukan pula mengenai derajat..
Bukan seberapa gila aku melakukannya..
Jelas bukan masalah kedewasaan..
Kapan atau dengan siapa..
Bahkan tidak ada hubungannya dengan normal atau abnormal..
Bagiku ini cuma masalah kendali..
Kepuasan bukan diukur dari lama atau singkatnya senggama..
Tidak diukur berdasarkan mahir atau kurang mahir..
Juga bukan diukur berdasarkan berhasil atau tidaknya mencapai orgasme..
Tapi masalah kendali..
Karena sekali memegang kendali..
Maka satisfaction is just a state of mine..